Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perhubungan, Hatta Radjasa, mengingatkan kalangan penerbangan domestik yang mengangkut para pemudik Idul Fitri 1427 Hijriah, supaya jangan sekali-kali mencoba mendarat atau lepas landas dari bandar udara yang dinyatakan ditutup akibat kurungan asap. "Tidak boleh coba-coba untuk mendarat. Otoritas untuk mengizinkan mendarat atau lepas landas itu diserahkan kepada petugas bandar udara yang bersangkutan. Tidak seperti dulu, keputusan mendarat itu ada di tangan pilot," katanya kepada pers, seusai rapat paripurna kabinet, di Kantor Presiden, Jakarta, Rabu. Hatta Radjasa mengungkapkan, rapat kabinet yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono serta dihadiri Wakil Presiden, Jusuf Kalla, dan seluruh anggota Kabinet Indonesia Bersatu, termasuk Panglima TNI, Marsekal TNI Djoko Suyanto, Kepala Kepolisian RI, Jenderal Polisi Sutanto, Direktur Utama Perum BULOG, Puspoyo Widjanarko, dan Jaksa Agung, Abdul Rahman Saleh, hanya membahas agenda tunggal, yaitu persiapan Lebaran 1427 Hijriah. Secara umum, katanya, persiapan pelaksanaan Lebaran tahun ini dari segala segi dan aspek dinilai cukup mantap dan lancar, sekalipun di sana-sini masih dijumpai hambatan. Salah satu potensi gangguan kelancaran Lebaran kali ini, katanya, adalah potensi hujan yang menurut laporan Badan Meteorologi dan Geofisika, tidak akan turun dalam dua pekan ke depan. Laporan badan itu menyebutkan, hujan baru akan terjadi pada wal November nanti. Data statistik sementara jumlah pemudik Lebaran kali ini, jumlah total pemudik 14,7 juta orang yang dibandingkan tahun lalu meningkat 6,6 persen. Dari angka 14,7 juta orang itu, 1,6 juta orang memakai angkutan udara, ratusan ribu orang memakai angkutan laut, dan sisanya memakai angkutan darat. Dari pemudik yang memakai angkutan darat itu, 2,7 juta orang memakai angkutan kereta api, dan sekitar 500.000 motor akan dipergunakan para pemudik. "Ada tiga bandar udara yang hingga saat ini dinyatakan ditutup akibat asap kebakaran hutan dan lahan, yaitu Sultan Thaha di Jambi, Tjilik Riwut di Palangkaraya, dan Supadio di Pontianak. Para pengelola penerbangan diimbau untuk mengalihkan kota tujuan dan meneruskan perjalanan memakai bus tanpa tambahan biaya," katanya. Penutupan bandar-bandar udara itu, katanya, karena jarak pandang yang ada hingga Rabu (18/10) ini hanya sekitar 100 meter saja. Padahal menurut regulasi penerbangan internasional, jarak pandang minimal tanpa memakai alat bantu penglihatan adalah 1.500 meter untuk bidang horizontal. Kota alternatif yang dijadikan tujuan dari kota-kota yang masih terkurung asap itu adalah Padang dan Palembang untuk Jambi, dan Banjarmasin untuk Palangkaraya. Sedangkan Pontianak memakai alternatif angkutan laut. Akibat penutupan bandar-bandar udara itu, kata Hatta Radjasa, harus diakui bahwa pemerintah melalui BUMN PT Angkasa Pura II mengalami kehilangan pendapatan yang cukup berarti mengingat bandar-bandar udara itu banyak yang dinilai sebagai jalur gemuk. Pontianak sendiri hingga 11 penerbangan sehari dalam keadaan normal. "Armada perusahan penerbangan juga mengalami kehilangan pendapatan, saya bukan bilang mereka merugi ya.. Tanggapan para `airliner` positif. Malah seperti Sriwijaya Air yang saya inspeksi, menyediakan tiket ke Palembang tanpa biaya tambahan," katanya.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006