“Dialog lintas agama secara bilateral dengan Serbia diharapkan juga akan memperkuat upaya kolaboratif kedua negara untuk menjawab tantangan masyarakat modern yang tidak hanya terkait diskursus keagamaan, tetapi juga hal-hal lain seperti kohesivitas sosial dan penghormatan keberagaman, sehingga pada akhirnya akan berkontribusi pada perdamaian dan stabilitas global,” kata Duta Besar RI untuk Serbia Mochammad Chandra Widya Yudha dalam keterangan tertulis pada Jumat.
Menurut Direktur Jenderal Informasi dan Diplomasi Publik Kementerian Luar Negeri Siti Nugraha Mauludiah, dialog lintas agama yang dibuka di Palace of Serbia, Beograd, pada 12 November lalu, juga sejalan dengan salah satu prioritas pemerintah Indonesia di bawah Presiden Prabowo Subianto.
“Hal ini jelas tertulis dalam visi Astacita pemerintah,” kata Siti selaku ketua delegasi Indonesia.
“Toleransi beragama diyakini sebagai fondasi untuk membangun koeksistensi yang harmonis yang pada akhirnya menciptakan rasa aman dan sejahtera,” ujar dia.
Sejumlah narasumber dari Indonesia berpartisipasi dalam dialog tersebut, antara lain Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama Kementerian Agama Muhammad Adib Abdushomad, Wakil Sekjen PBNU Safira Machrusah, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia Prof Jamhari Makruf, perwakilan Institut Agama Kristen Negeri Manado Dr Olivia Cherly Wuwung, perwakilan Sekolah Tinggi Agama Budha Negeri Sriwijaya Tangerang Dr Li Edi Ramawijaya Putra, Rektor UIN Mataram Prof Masnun Tahir, perwakilan Sekolah Tinggi Agama Hindu Negeri Mpu Kuturan Singaraja Dr I Gde Suwindia, President OIC Youth Indonesia Astrid Nadya Rizqita, serta jurnalis SEA Today Anak Agung Ngurah Ariya.
Sementara narasumber dari Serbia adalah Patriarkh Serbia Yang Mulia Porfirije, komunitas Islam di Serbia, Kardinal Katolik Kota Beograd, Refromed Church in Serbia, Dekan Fakultas Teologi Orthodox-University of Belgrade, Dekan Fakultas Hukum University of Belgrade, serta seorang mahasiswa.
Para narasumber menyoroti pentingnya penguatan dalam menjaga toleransi beragama di ruang publik.
Selain itu, semua pihak perlu memperkuat ketahanan identitas budaya serta promosi dialog antaragama dan antarbudaya.
Mereka menegaskan bahwa untuk memelihara toleransi beragama diperlukan komitmen dari pemerintah, masyarakat, dan individu, mengingat toleransi adalah hasil upaya bersama, bukan usaha sendiri-sendiri yang parsial.
Narasumber asal Serbia menyampaikan pentingnya untuk berbagi pengalaman dan praktik terbaik dari Indonesia dalam menjaga toleransi beragama yang damai dengan menjunjung tinggi Pancasila, melanjutkan dialog antaragama, mempromosikan moderasi agama, dan keseriusan kebijakan pemerintah tentang kerukunan umat beragama.
Dialog lintas agama Indonesia-Serbia yang telah diselenggarakan untuk kelima kalinya menghasilkan pernyataan bersama (joint statement) yang menyepakati, salah satunya, tentang pertukaran mahasiswa/pelajar di bidang dialog antaragama, pendidikan agama, dan budaya keagamaan.
Disepakati pula bahwa dialog berikutnya akan dilaksanakan di Indonesia pada 2026.
Dalam dialog lintas agama yang dihadiri sedikitnya 200 orang mahasiswa berbagai universitas di Serbia, termasuk para penerima beasiswa Serbia dari asal Indonesia, juga dipamerkan foto-foto berisi dokumentasi arsip korespondensi diplomatik dan gambar berbagai kegiatan diplomatik terkait perkembangan hubungan bilateral kedua negara sejak era Yugoslavia.
Baca juga: Pos Serbia luncurkan perangko peringatan 70 tahun diplomasi RI-Serbia
Pewarta: Yashinta Difa
Editor: Bayu Prasetyo
Copyright © ANTARA 2024