Cengkareng menjadi kecamatan dengan jumlah kasus DBD terbanyak
Jakarta (ANTARA) - Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Barat menyebut tren kasus Demam Berdarah Dengue (DBD)  terus menurun sampai dengan November 2024.

"Jumlah kasus DBD terlapor  berjumlah 188 kasus pada Agustus 2024, kemudian September 101 kasus, Oktober 79 kasus dan hingga 14 November (2024) 29 kasus," kata Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Sudinkes Jakarta Barat, Arum Ambarsari melalui pesan singkat di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Kasus DBD di Jakbar kembali menurun pada Juli 2024

Tren kasus DBD dalam tiga bulan terakhir terhitung turun drastis lantaran sebelumnya pernah hampir mencapai 800 kasus dalam satu bulan.

"Ada 797 kasus pada April, 777 kasus pada Mei 2024, 337 kasus pada Juni, lalu pada Juli 2023 menjadi 216 kasus," kata Arum melanjutkan.

Adapun Cengkareng menjadi kecamatan dengan jumlah kasus DBD terbanyak, yakni 748 kasus, lalu diikuti Kalideres dengan 689 kasus, kemudian Kebon Jeruk dengan 685 kasus.

Baca juga: Kasus DBD di Jakbar menurun drastis pada Juni

"Kemudian Kembangan ada 510 kasus, Palmerah 265 kasus, Grogol Petamburan 237 kasus Tamansari ada 209 kasus, dan Tambora paling sedikit 189 kasus," ucap Arum.

Meskipun tren  terus menurun, Arum tetap meminta masyarakat untuk melakukan sejumlah langkah antisipasi.

"Faktor cuaca dan kelembapan udara di Jakarta Barat sangat potensial sebagai tempat nyamuk aedes aegypti (vektor pembawa virus DBD) berkembang biak, hal ini sulit untuk dihindari," kata Arum.

Baca juga: Perubahan iklim signifikan pengaruhi kasus DBD di Jakbar

Namun, lanjut dia, masyarakat bisa meminimalkan dengan cara memberantas sarang nyamuk melalui gerakan 3M plus, yakni menguras tempat air, menutup tempat-tempat penampungan air, dan mendaur ulang berbagai barang yang memiliki potensi untuk dijadikan tempat berkembang biak nyamuk.

"Kemudian waspada apabila ada anggota keluarga yang demam lebih dari tiga hari untuk dilakukan pemeriksaan darah. Jangan menunda-nunda karena penyakit DBD justru mencapai titik kritis saat demam sudah mulai turun (hari ke-4 dan 5) dan bisa mengakibatkan syok dan kematian," ucap Arum.

Pewarta: Redemptus Elyonai Risky Syukur
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2024