Mereka rela berdesakan demi mendapatkan potongan jajanan yang terbuat dari bahan baku beras ketan tersebut.
Warga tidak hanya sekedar berebut lopis raksasa seberat 1.123 ton saja melainkan juga pembungkus makanan terbuat dari ketan, yaitu daun pisang tidak luput diperebutkan.
Setelah lopis raksasa dipotong secara bergantian oleh Wali Kota Pekalongan, Wakil Wali Kota, Ketua DPRD, Kapolres, Ketua Pengadilan Negeri, dan Perwakilan Kajari, makanan terbuat dari ketan dan kelapa itu menjadi rebutan ribuan pengunjung.
Pengunjung, Casroah, mengaku dirinya berusaha mendapatkan lopis agar penyakit yang dideritanya sembuh.
"Kami mempercayai dengan makan lopis raksasa itu, Allah SWT akan menyembuhkan penyakit yang dideritanya," katanya.
Wali Kota Pekalongan Basyir Akhmad mengatakan perayaan tradisi Syawalan dengan membuat lopis raksasa itu hanya sekedar untuk menyambung tali silaturahmi antarwarga.
"Lopis raksasa seringkali dikultuskan. Lopis merupakan jajanan biasa bukan merupakan makanan yang mempunyai khasiat," katanya.
Menurut dia, masyarakat harus bisa mengambil makna positif perayaan tradisi Syawalan sebagai perekat tali silaturahmi.
"Kami berharap masyarakat tidak mengkultuskan atau memaknai lopis raksaas bisa menyembuhkan penyakit karena makanan itu hanya terbuat dari campuran beras ketan dan kelapa," katanya.
(KR-KTD/I007)
Pewarta: Kutnadi
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014