Pendekatan social marketing diberikan dalam rangka memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait pentingnya perubahan perilaku untuk mencegah stunting
Jakarta (ANTARA) - Fakultas Ilmu Administrasi (FIA) Universitas Indonesia meningkatkan literasi pencegahan stunting melalui pendekatan marketing sosial (social marketing) melibatkan ibu rumah tangga anggota Kader Penggerak Masyarakat (KPM) posyandu.
 
"Pendekatan social marketing diberikan dalam rangka memberikan pemahaman kepada masyarakat terkait pentingnya perubahan perilaku untuk mencegah stunting," kata Ketua Tim Dosen FIA UI Prima Nurita Rusmaningsih dalam keterangannya di Jakarta, Jumat.

Baca juga: Posyandu harus berjalan baik sebagai upaya cegah stunting
 
Prima mengatakan melalui pendekatan social marketing diharapkan ibu-ibu KPM dapat memiliki pengetahuan dan keterampilan akan pentingnya mencegah stunting pada anak sejak dini.
 
Target yang akan dicapai adalah masyarakat dapat mengubah secara perlahan faktor psikologis termasuk pola pikir, nilai, persepsi dan fasilitas kesehatan dan bersedia untuk melakukan pemeriksaan rutin serta tidak tabu dengan konsultasi kesehatan.
 
"Diharapkan pemahaman masyarakat meningkat terkait asupan gizi yang baik serta mempraktikkan dalam pola makan sehari-hari dan memperkuat keyakinan serta perubahan perilaku masyarakat," ujarnya.

Baca juga: DPRD DKI usulkan Posyandu buat buku saku pemenuhan gizi anak
 
Sementara, Koordinator KPM Desa Lumpang, Kristin Ambarwati mengatakan Desa Lumpang, Kabupaten Bogor merupakan salah satu penyebab stunting dikarenakan perekonomian masyarakat yang buruk sehingga masyarakat tidak dapat memenuhi asupan gizi.
 
"Lebih luas daripada faktor ekonomi, permasalahan stunting terletak pada pemahaman yang kurang terkait literasi kesehatan," ujar Kristin.
 
Menurut Kristin pemahaman individu pada kelompok masyarakat masih belum merata terkait kesehatan, berkunjung/pemeriksaan rutin ke puskesmas/posyandu.
 
Permasalahan stunting tidak hanya terkait dengan tumbuh kembang anak, lanjut dia, tetapi pemeliharaan gizi calon ibu dari sebelum menikah sampai dengan kehamilan perlu diperhatikan.

Baca juga: Terjadi 27 kekerasan gender berbasis daring libatkan anak di Jakarta
 
Oleh karena itu, dia menyambut baik kedatangan Tim Pengabdian Masyarakat FIA UI yang memberikan materi terkait marketing sosial untuk mengubah perilaku masyarakat serta membawa ahli gizi dari puskesmas setempat untuk memberikan pemahaman terkait dengan stunting.
 
Kepala Desa Lumpang M Rodis, menyambut baik dan mengucapkan terima kasih kepada tim pengabdian masyarakat UI yang telah bersedia untuk melaksanakan kegiatan pengabdian masyarakat dan turut berpartisipasi dalam upaya pencegahan stunting di Desa Lumpang.
 
Berdasarkan Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) prevalensi stunting di Indonesia masih 21.6 persen pada tahun 2023. Indonesia ditargetkan mencapai angka prevalensi stunting 14 persen pada akhir 2024.
 
Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), stunting adalah gangguan perkembangan anak yang disebabkan oleh gizi buruk, infeksi berulang, dan stimulasi psikososial yang tidak memadai.

Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Ganet Dirgantara
Copyright © ANTARA 2024