Jakarta (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dijadwalkan akan mengunjungi China pada 27 hingga 31 Oktober 2006 dengan agenda utama menghadiri pertemuan forum energi Indonesia-China dan KTT ASEAN-China serta membahas masalah nuklir Korea Utara. Hal itu diungkapkan oleh Juru Bicara Kepresidenan, Dino Patti Djalal, di Kantor Kepresidenan, Jakarta, Rabu. Presiden, yang akan didampingi oleh Ibu Negara Ani Yudhoyono dalam melakukan kunjungan kerja ke China selama lima hari itu, akan menghadiri `Indonesia-China Energy Forum II` pada 27-20 Oktober di Shanghai dan pada 30-31 Oktober akan mengikuti `ASEAN-China Commemorative Summit` di Nanning. `ASEAN-China Commemorative Summit` adalah Konperensi Tingkat Tinggi yang akan dihadiri oleh para kepala negara/pemerintahan 10 negara ASEAN dan Perdana Menteri China Wen Jiabao. ASEAN terdiri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Kamboja dan Myanmar. KTT tersebut dilaksanakan dalam rangka memperingati hubungan ASEAN-China ke-15 dan para pemimpin ASEAN-China tersebut akan menandatangani `Joint Statement of ASEAN-China Commemorative Summit. "Presiden sangat ingin melakukan kunjungan ke China dan beliau berharap kunjungan ini dapat menjadi suatu `event` yang akan lebih meningkatkan hubungan ASEAN dengan China," kata Dino Patti Djalal. Menurut Jubir Kepresidenan itu, Kepala Negara menyadari pentingnya China sebagai mitra dialog ASEAN, antara lain sebagai negara mitra dialog ASEAN pertama yang menandatangani Treaty of Amity and Cooperation, yaitu traktat yang melarang suatu negara menyerang negara lain ataupun menggunakan kekerasan dalam menyelesaikan masalah. Hubungan perdagangan dan investasi ASEAN-China juga dianggap telah menunjukkan makin pentingnya hubungan kedua belah pihak. Dino menyebutkan, volume perdagangan ASEAN dan China sudah mencapai 130 miliar dolar AS, yaitu meningkat dibandingkan tahun 2000 yang berjumlah 100 miliar dolar AS. Volume investasi dua arah ASEAN-China, ujarnya, mencapai 35 miliar dolar AS di akhir tahun 2000 sementara kerjasama ASEAN dan China meliputi berbagai dimensi, termasuk pertanian, teknologi komunikasi dan informasi, sumber daya manusia, kerjasama di kawasan Sungai Mekong, transportasi, energi, budaya, pariwisata, dan kesehatan. "Jadi ini merupakan kerjasama yang sangat kaya dimensinya," kata Jubir. Usai mengikuti `ASEAN-China Commemorative Summit`, Presiden Yudhoyono dan PM Wen Jiabao di Nanning akan mengadakan pertemuan bilateral. Selain masalah-masalah yang berhubungan dengan kedua negara, kedua pemimpin tersebut dipastikan akan membicarakan situasi di Asia Timur terutama meningkatkan ketegangan akibat percobaan nuklir Korea Utara. Indonesia sendiri, yang baru-baru ini terpilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB, telah menyatakan bahwa ketegangan di Semenanjung Korea yang berkaitan erat dengan masalah nuklir Korut merupakan salah satu prioritas masalah internasional yang harus segera diselesaikan selain masalah Palestina. Selama kunjungannya di China, Presiden Yudhoyono juga dijadwalkan akan meninjau pameran `Indonesia Solo Exhibition Center` di Shanghai pada 27 Oktober, yang diikuti oleh sekitar 75 perusahaan Indonesia yang bergerak di berbagai bidang, antara lain agrobisnis, kelautan, pertambangan, dan kerajinan tangan. Masih di Shanghai, Yudhoyono juga akan meninjau pusat pengolahan sampah. Sementara di Nanning, pada 30 Oktober Presiden Yudhoyono akan menerima kunjungan kehormatan Gubernur Guangxi. Keesokan harinya, yaitu 31 Oktober, Kepala Negara akan menghadiri upacara pembukaan pameran `The Third ASEAN-China Expo` di International Conference Centre` di Nanning sebelum pada hari yang sama kembali ke Tanah Air. (*)
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006