Pernyataan tersebut diungkapkan Pejabat Profesional untuk Disaster Risk Reduction and Tsunami Unit (DRRTIU) IOC-UNESCO Ardito M Kodijat saat ditemui dalam penutupan Second UNESCO-IOC Global Tsunami Symposium di Aceh, Jumat.
Ardito mengatakan bahwa beasiswa pendidikan ini merupakan bagian dari upaya memperluas pengetahuan dan kesadaran mitigasi bencana di kalangan pelajar.
Meskipun UNESCO bukan lembaga yang secara langsung memberikan beasiswa, namun pihaknya memfasilitasi anak-anak tersebut kepada Associated Schools Program Network, sebuah jaringan sekolah global yang mempromosikan nilai-nilai UNESCO melalui pendidikan.
Baca juga: 12 desa di Indonesia diakui UNESCO berkompeten dalam hadapi tsunami
"Melalui Associated Schools Program siswa-siswa berprestasi di sekolah-sekolah memiliki kesempatan untuk mengikuti pertukaran pelajar dan berkolaborasi dengan sekolah lain di berbagai negara," kata dia didampingi Deputi Geofisika BMKG Nelly Florida Riama.
Menurut dia, fasilitasi tersebut sebagaimana yang sudah dilakukan timnya dalam forum Second UNESCO-IOC Global Tsunami Symposium. Selain melakukan sosialisasi pendidikan mitigasi bencana tim UNESCO yang berbasis di Jakarta tersebut, juga mengunjungi tiga sekolah yang aktif dalam mengembangkan kegiatan Tsunami Awareness di Banda Aceh.
"Ketiganya di Banda Aceh sudah kita lihat, mereka anak-anak yang inovatif. Kemudian melalui UNESCO ini bisa terjadi pertukaran siswa di semua negara dari SD sampai SMA," ujarnya.
Baca juga: RI dinilai layak jadi acuan dunia, kembangkan peringatan dini tsunami
Second UNESCO-IOC Global Tsunami Symposium merupakan acara yang diinisiasi UNESCO-IOC bersama Pemerintah Indonesia melalui Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) untuk penguatan strategi mitigasi bencana tsunami berbasis teknologi dan masyarakat.
Penguatan strategi mitigasi ini bukan hanya untuk Indonesia tetapi juga seluruh negara di empat samudra, yakni Samudra Hindia, Pasifik, Karibia, dan Mediterania, serta Laut Utara.
Sebanyak 1.000 peserta termasuk ilmuwan, ahli kebencanaan dari 54 negara di antaranya Jepang, Amerika Selatan, Spanyol, Italia, India, Bangladesh, China, India, dan komunitas masyarakat sadar bencana nasional berkumpul dan terlibat aktif dalam simposium yang berlangsung, 10-14 November 2024 di Banda Aceh.
Baca juga: UNESCO dorong mitigasi dan adaptasi dalam bantu tangani bencana
Hasil pertemuan dan pembahasan yang dilakukan para peserta simposium akan dibukukan ke dalam kesepakatan bersama yang dinamai dengan Deklarasi Aceh.
Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024