Jakarta (ANTARA) - Deputi Riset dan Inovasi Daerah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Yopi mengungkapkan bahwa kawasan karst dapat dimanfaatkan sebagai salah satu alternatif sumber air bersih.

Ia menjelaskan, berdasarkan data Buku Kinerja BUMD Air Minum 2023 akses terhadap air bersih di beberapa provinsi masih sangat terbatas. Sebagian besar daerah mencatatkan persentase penduduk yang terlayani di bawah 50 persen, dan Provinsi Maluku Utara tercatat sebagai yang terbesar, yakni 57 persen.

"Untuk mengatasi masalah ini, salah satu alternatif yang dipertimbangkan adalah pemanfaatan sumber air yang terdapat di kawasan karst,” kata Yopi dalam keterangannya di Jakarta pada Jumat.

Ia menjelaskan, kawasan karst memiliki formasi geologi khusus berupa batuan kapur yang menyimpan air di bawah permukaan tanah, diperkirakan memiliki ketersediaan air yang melimpah dan kualitas yang baik.

Di Indonesia, kata dia, kawasan karst mencakup sekitar 55.000 km², dengan wilayah Manggarai Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagai kawasan terbesar yang memiliki luas hingga 28.000 km².

Oleh karena itu, Yopi menekankan pentingnya pengenalan teknologi dalam pemanfaatan air bawah tanah Karst. Melalui teknologi ini, diharapkan kualitas dan kuantitas pasokan air bersih dapat ditingkatkan, terutama di wilayah yang mengalami kekurangan pasokan air bersih.

Baca juga: BRIN kembangkan teknologi pengolahan sampah makanan berbasis biogas

Peneliti Ahli Utama Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air Bersih BRIN Ignasius Dwi Atmana Sutapa wilayah karst di Indonesia memiliki tantangan tersendiri dalam penyediaan air bersih.

Kawasan yang terbentuk dari batuan kapur ini memiliki formasi geologi yang unik, di mana air permukaan sering kali sulit ditemukan karena sebagian besar air meresap ke dalam tanah.

Berbagai inovasi, ujar Ignasiun, mulai dari metode sederhana seperti slow sand filter hingga teknologi canggih seperti membran dan smart drinking water treatment kini telah dikembangkan untuk mengolah air baku menjadi air bersih yang aman untuk dikonsumsi.

Selain itu, ia mengungkapkan teknologi terbaru yang memanfaatkan energi terbarukan, seperti panel surya dan turbin mikro-hidro, kini tengah diuji untuk mengatasi tantangan energi dalam proses pengolahan air.

"Dengan memanfaatkan sumber daya alam lokal, seperti arus sungai bawah tanah, teknologi ini diharapkan dapat mendukung keberlanjutan penyediaan air bersih, khususnya di wilayah-wilayah terpencil dan sulit dijangkau," jelasnya.

Baca juga: Ahli BRIN imbau warga waspadai banjir rob imbas fenomena "Supermoon"

Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2024