Jakarta (ANTARA) - Fenomena childfree yang berarti memutuskan tidak punya anak tengah berkembang menjadi pilihan bagi sebagian orang terutama para perempuan.

Pilihan untuk childfree ini bukan berarti orang tersebut tidak menyukai anak, tetapi cenderung sebagai pilihan hidup untuk fokus pada diri sendiri, pasangan, karier, atau tujuan hidup lainnya.

Namun, di balik keputusan childfree terdapat konsekuensi, salah satunya potensi munculnya gangguan pada kesehatan, terutama bagi perempuan.

Baca juga: Ahli: Jarang ada yang putuskan childfree karena alasan finansial

Bagi seorang perempuan yang secara sadar memutuskan childfree memilih kebebasannya untuk mengendalikan tubuhnya sendiri, seperti tidak menjalankan fungsi reproduksi secara sepenuhnya.

Pada dasarnya fungsi reproduksi berupa menstruasi (haid), mengandung (hamil), melahirkan, dan menyusui hanya dimiliki oleh perempuan.

Melansir dari laman Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kemenkes, seseorang yang memilih childfree memiliki risiko lebih besar mengalami kesehatan fisik dan mental yang buruk.

Beberapa penelitian di Republik Rakyat Tiongkok, Amerika Serikat, dan Kanada menunjukkan bahwa wanita tanpa anak akan mengalami kesepian, depresi, dan tekanan psikologi yang lebih besar pada usia lanjut.

Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa dampak buruk childfree terhadap kesehatan mental cenderung muncul pada usia tua.

Baca juga: BKKBN: UU KIA lindungi Indonesia dari fenomena “childfree”

Selain itu, perempuan yang tidak memiliki anak pada usia suburnya mungkin berdampak terhadap kesehatan jangka panjang, terutama risiko mengalami penyakit kanker.

Penelitian-penelitian epidemiologi telah menempatkan fungsi reproduksi perempuan sebagai faktor yang paling erat kaitannya dengan kemunculan beberapa kanker yang paling sering dialami, yaitu kanker payudara, endometrium (lapisan dalam rahim), dan kanker ovarium (indung telur).

Perempuan yang tidak pernah melahirkan dan menyusui anak cenderung lebih mungkin mengalami kanker payudara, endometrium, dan kanker ovarium dibandingkan dengan wanita yang memiliki anak.

Hal itu lantaran perempuan yang memilih childfree tentu tidak akan mengalami fungsi kehamilan, melahirkan, dan menyusui.

Baca juga: Menteri Kependudukan tepis anggapan anak muda Indonesia enggan menikah

Padahal ketika seorang perempuan mengalami fungsi-fungsi tersebut secara alami proses hormonal pada tubuh akan mengalami perubahan dapat mengurangi risiko kanker.

Seperti tumor dan kanker payudara cenderung banyak menyerang perempuan yang tidak menyusui. Kehamilan juga akan menyebabkan penurunan jumlah total siklus pelepasan sel telur dari indung telur (ovulasi) yang erat kaitannya dengan penurunan risiko kanker ovarium.

Pada lapisan endometrium dalam rahim sangat sensitif akan lingkungan hormonal. Ketika seorang perempuan mengalami kehamilan, lapisan endometrium akan terpapar dengan hormon estrogen dan progesteron yang telah terbukti mengurangi risiko kanker endometrium.

Maka dari itu, penting bagi perempuan yang memutuskan childfree untuk memperkaya wawasan terkait dampak dan risiko bagi tubuhnya sebelum mengambil keputusan.

Jika ingin memilih childfree sudah tahu akan risikonya dan bisa melakukan kontrol secara baik, seperti melakukan scanning rahim secara periodik.

Baca juga: Ragam jenis alat kontrasepsi, kelebihan dan kekurangannya

Baca juga: Menimbang baik buruk "childfree"

Pewarta: Sri Dewi Larasati
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2024