Dalam diskusi mengenai peran pemuda dalam mendorong transisi energi di Paviliun Indonesia Konferensi Perubahan Iklim PBB ke-29 (COP29) Azerbaijan yang dipantau daring di Jakarta, Kamis, Gamma memaparkan peran pemuda tidak hanya terbatas dalam perumusan kebijakan di atas kertas.
"Cara terbaik untuk kita sebagai pemuda untuk berkontribusi adalah dengan membuat proyek yang berdampak kepada banyak orang," jelas pegiat iklim ini.
Dengan demikian, katanya, maka generasi muda dapat menunjukkan peran dan efeknya kepada komunitas dan lingkungan hidup sekitar.
Dia memberikan contoh bagaimana organisasinya telah bekerja di empat desa di Pulau Jawa dan Kalimantan untuk menyediakan energi yang berasal dari sumber berkelanjutan termasuk penggunaan panel surya.
Dalam diskusi yang sama, Leyla Hasanova sebagai Youth Climate Champion untuk COP29 mengatakan suara generasi muda kini semakin didorong dalam beberapa tahun terakhir. Secara khusus dia menyoroti peran penting para pendidik dari generasi muda dalam sektor pendidikan untuk memberikan pemahaman terkait perubahan iklim dan beragam langkah mitigasi dan adaptasinya di berbagai belahan bumi.
Untuk itu penyelenggara COP29 telah mengajak 75 guru dari berbagai belahan dunia untuk peningkatan kapasitas dan menutup kesenjangan guna memberikan edukasi mengenai perubahan iklim dan teknologi untuk mengatasinya di berbagai tingkatan pendidikan.
"Ketika mereka kembali ke komunitasnya, meski hanya 75 guru, tapi mereka memberikan dampak ke ribuan murid dan anak-anak di seluruh dunia," Layla.
Baca juga: BIG selesaikan pemetaan geospasial dukung strategi iklim Indonesia
Baca juga: Emisi karbon global capai rekor tertinggi, RI tunjukkan tren penurunan
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024