"Sampai akhir tahun, inflasi bisa di bawah enam persen kalau pemerintah tidak menaikkan harga BBM," kata Enny Sri Hartati saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu.
Enny mengatakan, angka inflasi bisa berubah apabila pemerintah menaikkan harga BBM. Diperkirakan, dampak dari kenaikan harga BBM menyumbang satu hingga dua persen inflasi.
"Secara hitung-hitungan ekonomi, dampak langsung dan tidak langsung terhadap kenaikan harga BBM itu menjadikan inflasi tidak lebih dari tujuh persen. Tapi, tergantung antisipasi dari pemerintah," kata Enny.
Menurut Enny, pemerintah perlu membuktikan bahwa kenaikan harga tersebut mampu menggenjot pembangunan infrastruktur, sehingga menarik investor untuk berinvestasi di Indonesia.
"Saat BBM naik, pemerintah perlu memiliki perencanaan yang konkret, yang bisa meyakinkan dunia usaha untuk mau berinvestasi. Jadi, konsumsi masyarakat yang turun akibat tingginya inflasi, bisa dikompensasi melalui investasi yang masuk untuk mendorong pertumbuhan ekonomi," kata Enny.
Dengan demikian, lanjutnya, pemerintah dapat mengarahkan investasi tersebut kepada masyarakat kelas bawah melalui Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM), yang akan terkena dampak langsung terhadap kenaikan harga BBM tersebut.
Artinya, lanjut Enny, dengan inflasi tujuh persen, investasi bisa naik dan justru menahan perlambatan pertumbuhan ekonomi ke angka 5,5 persen pada akhir 2014.
Enny menambahkan, dampak dari kenaikan BBM tersebut diprediksi akan berlangsung selama tiga bulan, mengingat mulai ada ekspektasi positif terhadap penghematan subsidi BBM.
"Kalau kenaikan tahun ini masih aman, asal tidak ada kegaduhan atau akrobat politik yang juga perlu dipertimbangkan. Apabila ini terjadi, maka hitung-hitungan ekonomi tersebut seringkali tidak berlaku," kata Enny.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014