Direktur Kesiapsiagaan Basarnas Noer Isrodin menjelaskan bahwa pembinaan ini dilaksanakan baik pada saat kondisi normal maupun masa darurat bencana melalui beberapa program di antaranya pelatihan, bimbingan teknis (bimtek), lokakarya (workshop), dan lain-lain.
"Dalam kondisi normal atau darurat, aktivitas pembinaan personel, sarpras, dan potensi SAR tetap dilaksanakan. Tidak ada istilah perekrutan potensi, yang ada adalah pembinaan dalam bentuk pelatihan, bimtek, workshop, dan sebagainya," kata Noer saat dihubungi, Kamis.
Baca juga: Di DPR, Basarnas ungkap potensi besar relawan SAR Indonesia
Lebih lanjut, ia menjelaskan penyelenggaraan pembinaan ini juga mencakup berbagai daerah sesuai dengan sebaran unit pelaksana teknis Basarnas.
Selain atas inisiasi Basarnas, kata Noer, program pembinaan tanggap bencana ini juga dapat digelar melalui kolaborasi dengan organisasi, instansi, maupun unit relawan SAR di luar Basarnas.
"Tentunya disesuaikan dengan jenis pelatihan yang dibutuhkan untuk mengantisipasi kerawanan yang terjadi di wilayah yang menjadi objek pelatihan," ujar dia.
Baca juga: DPR minta Basarnas perbanyak pelatihan tangga darurat untuk masyarakat
Diketahui, Kepala Badan Nasional Pencarian dan Pertolongan (Basarnas) Kusworo mengungkapkan potensi relawan operasi pencarian dan pertolongan (Search And Rescue/SAR) terlatih di Indonesia mencapai 23 ribu orang.
Ia menjelaskan Basarnas memiliki 4.000 anggota yang terbagi dalam 44 Unit Pelaksana Teknis (UPT). Oleh karena itu, potensi relawan SAR terlatih dapat dimanfaatkan untuk mengoptimalkan tindakan pencarian dan pertolongan yang menjangkau berbagai wilayah.
Baca juga: Basarnas gelar lokakarya, atasi bencana di lokasi terbatas
"Kami di seluruh Indonesia yang terbagi dalam 44 UPT itu hanya sekitar 4.000, sementara untuk potensi sukarelawan yang terlatih itu sekitar 23.000. Jadi, memang ini menjadikan suatu kekuatan kami," kata Kusworo.
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2024