Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kesehatan menyebut hingga pekan ke-43 tahun 2024 terjadi peningkatan insiden dengue di tanah air, di mana sejauh ini sudah ada sekitar 210.644 kasus dengan 1.239 kematian, sementara pada 2023 hanya terdapat 114.720 kasus dengan 894 kematian.
"Dari gambaran ini memperlihatkan bahwa dengue masih menjadi salah satu masalah utama kesehatan di Indonesia," kata Plt Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes Yudhi Pramono dalam temu media daring di Jakarta, Kamis.
Dia menjelaskan, sejak awal 2024 dunia dihadapkan pada kasus demam berdarah, tak hanya dari daerah endemik namun juga daerah yang sebelumnya bebas dari penyakit itu.
"Lebih dari lima juta kasus demam berdarah dan lebih dari lima ribu kematian berkaitan dengan demam berdarah telah dilaporkan di 80 negara. Peningkatan risiko penularan dengue ini dipengaruhi oleh fenomena El Nino dan perubahan iklim," kata Yudhi.
Adapun untuk daerah ASEAN, dia melanjutkan, sampai saat ini juga telah dilaporkan kurang lebih 219 ribu kasus, dan Indonesia menjadi penyumbang terbanyak dari angka tersebut.
Menurut data bulanan yang dikumpulkan selama satu dekade, yakni 2013-2024, menunjukkan bahwa kasus dengue banyak terjadi pada periode musim penghujan, yakni mulai akhir Desember, awal Januari, hingga Maret, dan kejadiannya turun pada April sampai September, lalu kembali naik pada musim hujan di Oktober-Desember.
"Kementerian Kesehatan juga telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah terjadinya kejadian luar biasa untuk demam berdarah, dan salah satu yang dilakukan adalah mengupayakan terus budaya pemberantasan sarang nyamuk atau PSN 3 Plus dengan mewujudkan terlaksananya gerakan satu rumah satu jumantik (juru pemantau jentik)," ujar Yudhi menambahkan.
Kedua inisiatif itu, katanya, bertujuan untuk mencegah berkembang biaknya nyamuk, terutama di tempat-tempat yang sering dijadikan sebagai sarana mereka berkembang biak. Selain itu, kedua inisiatif itu juga membawa pesan bahwa pencegahan dan pengendalian dengue dimulai dari rumah tangga.
"Pencegahan dengue ini akan berjalan optimal bila seluruh rumah atau setiap rumah yang ada itu berperan dan rutin melaksanakan PSN 3 Plus minimal satu kali seminggu," katanya.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes Ina Agustina Isturini menjelaskan bahwa ada pemendekan interval antara kejadian kenaikan kasus DBD, yang awalnya kasusnya naik tiap 10 tahun sejak 2006 menjadi tiap tiga tahun.
Ina menyebutkan, pengembangan nyamuk ber-Wolbachia juga merupakan strategi Kemenkes untuk menangani dengue.
"Jadi berdasarkan penelitian, teknologi Wolbachia itu bisa menurunkan insiden infeksi dengue 77,1 persen dan angka rawat inap 82,6 persen. Kemudian WHO Vector Control Advisory Group juga telah merekomendasikan teknologi Wolbachia untuk pengendalian dengue," ujar dia menambahkan.
Dia melanjutkan, vaksin juga menjadi salah satu solusi. Meski belum menjadi program nasional karena masih perlu kajian dari Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI), Ina menyebut vaksin sudah bisa diakses di sejumlah fasilitas kesehatan, seperti Dengvaxia.
"Ada juga sejumlah vaksin dengue yang sedang dikembangkan dan diteliti baik di dalam maupun luar negeri," katanya.
Baca juga: Nyamuk ber-Wolbachia dapat kurangi peningkatan bahaya sampai 30 tahun
Baca juga: Kemenkes galakkan vaksin DBD lengkap masuki musim hujan
Pewarta: Mecca Yumna Ning Prisie
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024