Labuan Bajo (ANTARA) - Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka menekankan pentingnya dialog terkait rencana relokasi sejumlah warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).

"Proses relokasi yang nanti masih harus disurvei di beberapa tempat, pastikan dalam menentukan titik lokasi yang baru ini untuk lebih dulu berdialog dengan warga," katanya saat rapat koordinasi usai melakukan kunjungan di Posko Pengungsian Kobasama di Desa Kobasoma, Kecamatan Titehena, Kamis.

Wapres menyampaikan hal tersebut menyikapi rencana Kementerian Perumahan dan Kawasan Pemukiman yang melakukan survei lokasi untuk relokasi warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.

Ia menambahkan, dialog sangat diperlukan sehingga infrastruktur yang nantinya dibangun dapat dimanfaatkan oleh masyarakat.

"Jadi jangan sampai nanti sudah dibangun tapi tempatnya tidak ditinggali, pastikan juga nanti dari pemangku wilayah, pak gubernur, ibu bupati, pastikan fasum (fasilitas umum) sudah siap," ungkapnya.

Gibran juga menekankan kemudahan administrasi dan birokrasi guna membantu masyarakat terdampak bencana alam sesegera mungkin.

"Bapak, ibu warga yang ada di pengungsian ini sudah dalam keadaan sulit, birokrasinya jangan dipersulit lagi dengan proses-proses asesmen yang berbelit-belit. Kita pingin yang cepat, kita ingin sekali lagi memprioritaskan warga-warga yang kesusahan di sini," tegasnya.

Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman Maruarar Sirait mengatakan survei telah dilakukan di dua titik lokasi untuk relokasi warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.

Survei, lanjut dia, dilakukan secara komprehensif bersama pemerintah daerah, Pemerintah Provinsi NTT, Kementerian Perumahan dan Permukiman, Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi, serta Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional.

"Kami mendapatkan arahan dari pak presiden dan pak wapres untuk memakai pola dialog, apakah pengungsi di sini dan anak-anaknya mau pindah atau tidak, jawabannya dari dua titik mau pindah ibu-ibu jawabannya mau pindah bapak-bapak mau pindah, alasannya karena mereka sudah trauma karena beberapa tahun lalu sudah mengalami hal yang sama dan ada korban jiwa," katanya.

Ia menambahkan, hasil survei menunjukkan dua titik itu memiliki luas sekitar 50 hektare.

"Kami juga sangat memperhatikan soal adat istiadat, karena kami juga perhatikan karena punya pengalaman masalah adat di sini cukup sensitif jadi kami sangat menghargai soal adat," katanya.

Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Suharyanto mengatakan kondisi Gunung Lewotobi Laki-laki hingga saat ini masih erupsi dan masyarakat juga menyadari tidak dapat kembali ke desa asal karena terdampak.

Pendataan telah dilakukan dan sebanyak delapan desa di daerah itu terdampak erupsi dengan jumlah rumah sebanyak 2.905 unit.

"Ribuan rumah ini masih didata, apakah direlokasi semua atau ada yang relokasi mandiri, tadi pak menteri sudah menyampaikan dua titik itu, ini tentu saja ada pengalaman dan kami dialog dengan masyarakat mana yang mau ke titik itu atau mereka punya titik-titik lain dekat keluarganya," katanya.

Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral Hadi Wijaya menilai kedua titik lokasi untuk rencana relokasi warga itu aman dari dampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki.

"Kami ikut dalam survei di dua lokasi, dari aspek keamanan untuk gunung api karena jaraknya 15 kilometer aman, lalu yang kedua radius 10 kilometer jadi masih aman dalam radius bahaya, lalu dari gerakan tanah longsor aman," katanya.

Baca juga: Kapolri ingatkan jajaran selalu siap hadapi bencana alam
Baca juga: BMKG deteksi abu vulkanik mengarah ke barat daya-barat Lewotobi

Pewarta: Gecio Viana
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024