Penyebaran penyakit ini bergerak lebih cepat ketimbang usaha kita untuk mengendalikannya.
Chan mendesak para pemimpin negara Afrika Barat saat pertemuan di Ibu Kota Guinea, Conakry, Jumat, untuk menyusun langkah-langkah pencegahan "dampak fatal", setelah WHO mengumumkan niatnya penggelontoran 100 juta dolar sebagai rencana melawan epidemi penyakit itu.
"Penyebaran penyakit ini bergerak lebih cepat ketimbang usaha kita untuk mengendalikannya. Jika situasi semakin memburuk, konsekuensinya akan terjadi bencana dalam kaitannya terhadap jumlah korban tewas meningkat dan memperparah keadaan sosial ekonomi, serta risiko besar penyebaran lebih jauh ke negara lainnya," katanya.
Ia menambahkan, pertemuan tersebut harus menjadi titik balik dalam respon penyebaran wabah ini. Sejauh ini penyebaran penyakit merupakan yang terbesar dalam empat tahun sejarah penyakit ini, dengan 729 korban meninggal, termasuk 60 pekerja kesehatan, dan 1.323 kasus dilaporkan.
Pengalaman menunjukkan, jelasnya, bahwa wabah penyakit dapat dicegah dan masyarakat umum tidak berisiko tinggi terinfeksi, tetapi itu akan menjadi "sangat tidak bijak" membiarkan virus menyebar secara luas dalam waktu yang sangat panjang.
"Mutasi yang berkesinambungan serta adaptasi merupakan mekanisme pertahanan hidup terhadap virus dan mikroba lainnya. Kita tidak boleh memberikan virus ini kesempatan untuk memberikan kejutan lainnya," kata Chan.
Faktor Budaya
Chan mengatakan, praktek budaya seperti penguburan secara tradisional dan kepercayaan yang mendalam merupakan penyebab utama penyebaran Ebola. Faktor ini pula yang membuat upaya pencegahan penyebaran menjadi semakin sulit.
Asumsi masyarakat bahwa bangsal pengisolasian merupakan "sebuah vonis kematian" menyebabkan masyarakat enggan merawat pihak keluarganya ke rumah sakit. Mereka alih-alih merawat si sakit di rumah atau berkonsultasi dengan dukun tradisional
"Selain itu, sikap masyarakat dapat menghambat tim respon karena ketakutan dan kesalahpahaman dapat berubah menjadi kemarahan, permusuhan, dan kekerasan," jelasnya seperti dikutip Al Jazeera, Sabtu.
Sehari sebelumnya, pemerintah Sierra Leone mengumumkan keadaan darurat terhadap epidemi Ebola dan mulai mempersiapkan karantina di beberapa bagian wilayah negaranya.
Presiden Sierra Leone, Ernest Bai Koroma, mengatakan bahwa polisi dan militer akan membatasan pergerakan antara wilayah yang terinfeksi, dan akan menyiapkan dukungan bagi petugas kesehatan dan LSM untuk mencegah terjadinya kembali penyerangan terhadap petugas kesehatan oleh masyarakat lokal.
Koroma juga menyatakan bahwa pencarian dari rumah ke rumah akan dilaksanakan untuk melacak korban Ebola dan mengkarantina mereka. Protokol baru telah diberlakukan bagi penumpang yang tiba dan akan pergi dari Bandara Lungi di luar Freetown.
Pewarta: Ella Syafputri
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2014