Jakarta (ANTARA) - Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (WALHI) mendorong pemerintah untuk melakukan optimalisasi pengurangan sampah, terutama jenis organik yang mendominasi timbulan sampah sebagai salah satu cara mengatasi isu tersebut di Tanah Air.

"Menurut kami ada pendekatan-pendekatan yang lebih fleksibel, pendekatan yang ramah lingkungan, ada pendekatan yang tidak membutuhkan cost besar, triliunan rupiah, misalnya untuk PLTSa," kata Manajer Kampanye Polusi dan Perkotaan WALHI Nasional, Abdul Ghofar dalam diskusi daring Aliansi Zero Waste Indonesia dipantau dari Jakarta, Kamis.

"Ada kebijakan-kebijakan yang mendorong upaya pengurangan sampah," tambahnya.

Baca juga: WALHI sampaikan saran pengurangan sampah dalam penyediaan makan gratis

Dia menyoroti bahwa pemerintah dapat mengimplementasikan kebijakan yang lebih tepat sasaran, termasuk perluasan pelarangan plastik sekali pakai dan menghindari sampah organik masuk ke tempat pembuangan akhir (TPA).

Hal itu karena sampah organik menjadi mayoritas dalam timbulan sampah Indonesia, dengan data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) pada 2023, memperlihatkan persentase terbesar adalah sampah sisa makanan, yakni 39,78 persen serta kayu/ranting di posisi ketiga dengan 12,03 persen.

Total timbulan sampah di Indonesia pada 2023 mencapai 38,4 juta ton dihasilkan oleh 368 kabupaten/kota.

Fokus pada upaya pengurangan sampah itu dikarenakan dalam kajian yang dilakukan WALHI terhadap proyek Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) di empat kota menemukan beberapa konsekuensi dari pengadaannya sebagai solusi pengelolaan sampah.

Ghofar menjelaskan beberapa faktor PLTSa dikhawatirkan tidak optimal dalam pengelolaan sampah, karena potensi mendorong peningkatan anggaran pengelolaan sampah daerah, ketidaksesuaian PTLSa dengan rencana pengelolaan sampah lainnya, karena membutuhkan sampah dalam jumlah besar dan diskoneksi komposisi sampah dengan kebutuhan PLTSa dimana mayoritas adalah sampah organik.

Di sisi lain, terdapat dampak yang perlu pendalaman lebih lanjut, termasuk pelepasan emisi dan partikulat dari proses pembakaran sampah yang dilakukan PLTSa.

WALHI juga menyoroti pentingnya membudayakan upaya pengurangan sampah, termasuk target nol sampah di tingkat kabupaten/kota dan gerakan guna ulang.

Baca juga: WALHI ingatkan daur ulang saja tak cukup atasi masalah sampah plastik

Baca juga: Walhi: Kesadaran masyarakat akan pengelolaan sampah sudah cukup tinggi


Dia mendorong pembangunan infrastruktur untuk mendorong pendekatan yang fleksibel, ramah biaya dan selaras dengan alam.

"Misalnya, teman-teman yang mendorong pangan berkelanjutan, mengurangi food waste dan food loss yang kerugiannya triliunan rupiah. Ini bisa mengurangi sampah organik masuk ke TPA," tuturnya.

WALHI juga menyerukan agar dikembangkan jasa pengumpulan sampah yang lebih mampu bertahan dan fasilitas pengomposan terpadu dalam skala wilayah.

Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2024