Lagi-lagi harus selalu diingat bahwa untuk mencapai target NDC, kita tidak bisa melupakan bahwa semuanya berpusat pada manusia
Jakarta (ANTARA) - Ketua Prodi Magister Perencanaan Wilayah dan Kota UI Ova Candra Dewi mengatakan, kota rendah emisi karbon (low carbon cities) penting untuk diwujudkan agar dapat mendukung target penurunan emisi dalam dokumen Enhanced Nationally Determined Contribution (NDC).
Dalam webinar yang diikuti di Jakarta Kamis, ia menekankan bahwa kota rendah karbon sangat penting bagi perluasan perkotaan di Indonesia pada masa depan. Pengembangan kota rendah karbon dapat dilakukan dengan menerapkan strategi holistik yang tidak hanya membantu mengurangi jejak karbon tetapi juga mempromosikan lingkungan perkotaan yang lebih terbarukan.
“Kota-kota Indonesia dapat memecahkan masalah lingkungan yang serius sambil meningkatkan kualitas hidup penduduk dengan memfokuskan desain yang berpusat pada manusia, mengintegrasikan infrastruktur yang hebat, dan memberlakukan kebijakan yang bijaksana,” kata Ova.
Ova mengingatkan bahwa wilayah-wilayah perkotaan mengonsumsi sumber daya yang signifikan dan menghasilkan sekitar 60 persen emisi gas rumah kaca global melalui transportasi dan infrastruktur.
Maka melalui pengembangan kota rendah karbon, daerah perkotaan yang sangat maju dapat meminimalkan gas rumah kaca melalui infrastruktur, efisiensi energi, dan perencanaan kota terpadu. Di samping sebagai bentuk tanggung jawab lingkungan, kota rendah karbon juga dinilai dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan sosial.
Kota rendah karbon, ujar Ova, pada dasarnya berpusat pada manusia. Maka pengembangan kota rendah karbon tidak akan terwujud tanpa adanya kontribusi atau peran manusia, apalagi aktivitas manusialah yang selama ini turut menyumbang emisi.
Sebagai informasi, target iklim Indonesia yang berlaku saat ini tertuang dalam dokumen Enhanced NDC, yaitu pengurangan emisi sampai dengan 2030 mencapai 31,89 persen dengan upaya sendiri (conditional NDC target) dan sebesar 43,2 persen apabila mendapatkan dukungan internasional (unconditional NDC target). Saat ini, pemerintah juga tengah meninjau ulang target iklim nasional dalam Second NDC.
Namun, mengutip data Climate Action Tracker pada 2023, Ova mengingatkan bahwa posisi Indonesia dalam peringkat keseluruhan masih sangat kurang untuk mencapai pengurangan emisi dengan upaya sendiri maupun dengan dukungan internasional, terutama dalam kebijakan dan tindakan untuk mengurangi emisi. Meski begitu, Indonesia masih memiliki waktu untuk bisa mengupayakan banyak hal dalam rangka mencapai target NDC.
Ia menyebutkan, terdapat empat strategi kunci bagi Indonesia agar bisa mencapai target NDC, salah satunya mengurangi faktor-faktor yang menyebabkan kerentanan terhadap dampak perubahan iklim.
Strategi lain yaitu menanggapi dampak perubahan iklim dan mengelola risiko, meningkatkan kapasitas komunitas dan keberlanjutan ekosistem, serta meningkatkan keterlibatan pemangku kepentingan di semua tingkatan dalam membangun ketahanan iklim.
“Dengan strategi-strategi ini, lagi-lagi harus selalu diingat bahwa untuk mencapai target NDC, kita tidak bisa melupakan bahwa semuanya berpusat pada manusia,” kata Ova.
Pewarta: Rizka Khaerunnisa
Editor: M. Tohamaksun
Copyright © ANTARA 2024