Jakarta (ANTARA) - Indonesia memiliki tradisi budaya yang beragam, salah satunya adalah budaya Jawa. Dalam keluarga yang menganut budaya Jawa, terdapat ragam sapaan dalam silsilah keluarga yang diwariskan secara turun-temurun.
Maraknya budaya asing yang mulai lebih populer dalam kalangan generasi saat ini, ragam sapaan tersebut menjadi nilai budaya Jawa yang perlu dilestarikan keberadaannya.
Selain itu, dengan mengetahui silsilah keluarga, individu dapat mengenal dan mempererat hubungan antar anggota keluarga, baik keluarga inti hingga keluarga besar.
Dalam budaya jawa, ragam sapaan dalam silsilah keluarga dikenal dengan istilah Trah Jawa. Sebutan Trah Jawa diketahui hingga generasi turunan ke-18.
Setiap sapaan memiliki maknanya tersendiri yang sesuai dengan usia serta mengandung nilai sopan santun, penghormatan, dan keakraban terhadap generasi silsilah keluarga, terutama saat sedang berkomunikasi dan pengenalan dengan keluarga.
Baca juga: Mengenal pakaian adat Jawa Tengah dan filosofinya
Baca juga: Dinas Kebudayaan DIY sesalkan pernikahan anjing dengan adat Jawa
Trah Jawa atau sapaan keluarga Jawa
Dalam keluarga inti, terdiri dari orang tua yakni Ibu yang disapa Simbok atau Biyung dan Ayah yang disapa Bapak, Bapa, atau Rama.
Sedangkan, untuk sapaan sebelum generasi turunan Simbok dan Bapak (Ibu-Ayah) seterusnya atau disebut Urutan Turunan Munggah adalah sebagai berikut.
Moyang ke-18 = Mbah Trah Tumerah, orang tua dari mbah menya-menya
Moyang ke-17 = Mbah Menya-menya, orang tua dari mbah menyaman
Moyang ke-16 = Mbah Menyaman, orang tua dari mbah ampleng
Moyang ke-15 = Mbah Ampleng, orang tua dari mbah cumpleng
Moyang ke-14 = Mbah Cumpleng, orang tua dari mbah giyeng
Moyang ke-13 = Mbah Giyeng, orang tua dari mbah cendheng
Moyang ke-12 = Mbah Cendheng, orang tua dari mbah gropak waton
Moyang ke-11 = Mbah Gropak Waton, orang tua dari mbah galih asem
Moyang ke-10 = Mbah Galih Asem, orang tua dari mbah debog bosok
Moyang ke-9 = Mbah Debog Bosok, orang tua dari mbah gropak senthe
Moyang ke-8 = Mbah Gropak Senthe, orang tua dari mbah gantung siwur
Moyang ke-7 = Mbah Gantung Siwur, orang tua dari mbah udheg-udheg
Moyang ke-6 = Mbah Udheg-udheg, orang tua dari mbah wareng
Moyang ke-5 = Mbah Wareng, orang tua dari mbah canggah
Moyang ke-4 = Mbah Canggah, orang tua dari mbah buyut
Moyang ke-3 = Mbah Buyut, orang tua dari simbah
Moyang ke-2 = Simbah (Eyang), orang tua dari Bapak-Simbok
Moyang ke-1 = Bapak-Simbok
Selanjutnya, untuk sebutan setelah generasi turunan Bapak dan Simbok (Ayah-Ibu) atau Urutan Turunan Mudhun yakni adalah sebagai berikut.
Wong tuwo = Orang tua (Bapak-Simbok)
Keturunan ke-1 = Anak, anak dari Wong tuwo
Keturunan ke-2 = Putu, anak dari anak Wong tuwo atau disebut cucu
Keturunan ke-3 = Buyut, anak dari anak Putu atau disebut cicit
Keturunan ke-4 = Canggah, anak dari anak Buyut
Keturunan ke-5 = Wareng, anak dari anak Canggah
Keturunan ke-6 = Udhek-Udhek, anak dari anak Wareng
Keturunan ke-7 = Gantung Siwur, anak dari anak Udhek-udhek
Keturunan ke-8 = Gropak Senthe, anak dari anak Gantung Siwur
Keturunan ke-9 = Debog Bosok, anak dari anak Gropak Senthe
Keturunan ke-10 = Galih Asem, anak dari anak Debog Bosok
Keturunan ke-11 = Gropak waton, anak dari anak Galih Asem
Keturunan ke-12 = Cendheng, anak dari anak Gropak waton
Keturunan ke-13. Giyeng, anak dari anak Cendheng
Keturunan ke-14 = Cumpleng, anak dari anak Giyeng
Keturunan ke-15 = Ampleng, anak dari anak Cumpleng
Keturunan ke-16 = Menyaman, anak dari anak Ampleng
Keturunan ke-17 = Menya-menya, anak dari anak Menyaman
Keturunan ke-18 = Trah tumerah, anak dari anak Menya-menya
Demikian sapaan untuk generasi turunan dalam keluarga Jawa. Selain sapaan generasi turunan Jawa tersebut, terdapat sapaan tiap individu anggota keluarganya, mulai dari ayah, ibu, kakak, adik, paman, bibi, kakek, nenek, dan lainnya yakni sebagai berikut.
Orang tua = Wong tuwo
Ayah = Bapak, Bapa, Rama
Ibu = Simbok, Biyung, Ibu
Kakak laki-laki (anak dari orang tua) = Kakang, Kangmas, Kamas, Mas
Kakak perempuan (anak dari orang tua) = Mbakyu, Kangmbok
Adik (anak dari orang tua) = Adi, Diajeng, Adik
Kemenakan (keponakan) = Prunan (anak dari adik), Kepenakan (anak dari kakak)
Kakak laki-laki dari orang tua = Pakde, Siwo
Adik laki-laki dari orang tua = Paklik, Paman
Kakak perempuan dari orang tua = Bude, Siwo
Adik perempuan dari orang tua = Bulik, Bibi
Saudara sepupu (anak dari paman-bibi) = Naksanak
Kakek = Kaki, Simbang lanang, Eyang kakung
Nenek = Nini, Simbang wedok, Eyang putri
Orang tua dari kakek dan nenek = Simbah buyut
Orang tua dari buyut = Simbah canggah
Saudara sebuyut = Sadulur misan
Saudara secanggah = Sadulur mindo
Ipar = Ipe
Mertua = Maratuwa
Besan = Besan
Menantu = Mantu
Dengan adanya ragam sapaan dalam silsilah keluarga Jawa ini, menjadi tradisi budaya Jawa dalam mengenal, menjaga, dan menghargai antar anggota keluarga Jawa. Sehingga, hal ini menjadi nilai budaya yang berharga di tengah pergerakan perubahan zaman saat ini.
Baca juga: Mengenal Gunung Tidar yang berada di Kota Magelang, Jawa Tengah
Baca juga: Jangan keliru, ini perbedaan pakaian adat Jawa Tengah dan Yogyakarta
Pewarta: Putri Atika Chairulia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2024