"Omzet di bulan Ramadhan (perhari) bisa mencapai Rp2 juta, namun pasca-Lebaran hanya Rp1 juta," kata pengusaha warteg, Daryunah (50), saat ditemui di warungnya di Jalan Rawa Belong, Jakarta Selatan, Jumat.
Dia mengatakan penurunan tersebut disebabkan banyak pelanggannya seperti karyawan pabrik dan mahasiswa yang mudik Lebaran.
Daryunah berharap kondisi di tempatnya berjualan bisa normal kembali setelah libur Lebaran nanti.
"Kami berharap kondisi lebih ramai pasca-libur Lebaran," ujarnya.
Sementara pengusaha warteg yang lain, Supadjo (42), mengatakan pendapatannya selama bulan Ramadhan bisa mencapai Rp700.000 pe rhari. Namun, selama libur Lebaran hanya Rp500.000 per hari.
"Selama puasa omzet warteg saya sebesar Rp700.000 namun menurun pasca-Lebaran yaitu Rp500.000," ujarnya.
Supardjo yang wartegnya berada di Jalan Kebayoran Lama itu mengaku kenaikan harga bahan makanan seperti sayuran dan daging membebani usahanya karena berdampak berkurangnya pendapatan. Di sisi lain, menurut dia, dirinya tidak mungkin menaikkan harga makanan di wartegnya.
"Telur, sayur-sayuran, ayam, dan daging sapi naik, namun tidak mungkin saya menaikkan harga makanan kepada konsumen," katanya.
Pengusaha Warteg CBN yang berada di Jalan Wahid Hasyim Jakarta Pusat, Helmi Wibowo(29), mengatakan laba bersihnya selama bulan Ramadhan sekitar Rp1 juta per hari, dan sekarang tidak jauh berbeda.
"Laba kotor Rp2 juta tapi itu belum dikurangi modal untuk bahan baku sehingga laba bersih hanya Rp1 juta," katanya.
Menurutnya, omzetnya itu menurun dibandingkan tahun lalu.
Pewarta: Imam Budilaksono
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2014