Kediri (ANTARA) - Sri Utami (45), warga Desa Jabang, Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, masih tak menyangka ia lolos menjadi panitia pengawas kecamatan (panwas kecamatan) di Kabupaten Kediri, dalam Pilkada 2024.

Latar belakang pendidikan, serta kondisinya yang disabilitas (tuna daksa) membuat nyalinya sempat ciut ketika harus bertarung ikut ujian menjadi panitia pengawas dalam Pemilu 2024.

Bagi Sri Utami, kesempatan untuk ikut mengabdikan diri kepada bangsa ini,  ingin diwujudkan secara langsung dengan ikut serta menjadi bagian dari panitia yang terlibat dalam Pilkada 2024.

Dengan semangat, tekad, serta dorongan dari keluarga dan rekan-rekannya sesama disabilitas, ia memberanikan diri  untuk ikut tes sebagai bagian dari penyelenggara pilkada. Pengalamannya dimulai pada Pilkada Kabupaten Kediri 2020, dia mendaftarkan diri sebagai panitia pengawas kecamatan. Saat itu, ia gagal diterima. Namun, nasib baik masih memihak padanya dan diterima menjadi staf panwas.

Pada Pemilu 2024, ia mencoba lagi mendaftarkan diri sebagai panitia pengawas kecamatan. Dirinya diterima dan lolos menjadi panwascam dengan tugas di Kecamatan Kras. Bersama dua orang temannya yang juga perempuan bertugas sebagai panwas kecamatan.

Sri  berusaha menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya, sehingga saat Pemilu 2024 sudah selesai dan ada evaluasi dari Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Kediri, ia masih lolos dan ditugaskan lagi sebagai panwas kecamatan di Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri.

Ia mengaku tidak mudah untuk bertugas sebagai panwascam, terlebih lagi dengan kondisinya yang seorang difabel. Namun, hal itu bukan hambatan  besar sehingga ia tetap bisa mengatasi berbagai masalah di lapangan.

Banyak suka dan duka yang dirasakannya ketika bertugas sebagai panwas kecamatan, di antaranya adalah berbenturan dengan tim sukses pasangan calon yang terkadang kurang terbuka untuk jadwal kampanye. Terkadang juga, ketika bertugas pengawasan pemilu,  seperti dicurigai.

"Kadang kami dicurigai, padahal kami mengenakan atribut. Jadi, ada yang suka dan ada yang tidak suka," katanya, berkisah.

Namun, ia juga menyebut tim sukses juga ada yang sudah kenal, sehingga suasana lebih cair. Bahkan, mereka juga sangat terbuka ketika ada panwas yang datang. Mereka dengan suka hati mempersilakan panwas untuk memantau aktivitas saat acara berlangsung.

Sebagai panwas,  ia juga memberikan imbauan kepada panitia apa saja yang boleh dilakukan dan apa saja yang tidak boleh dilakukan saat kampanye. Berbekal sepeda motor yang sudah dimodifikasi sedemikian rupa, sangat membantunya untuk beraktivitas sehari-hari di lapangan.

Untuk jadwal kampanye sebagai panwas, Sri mengaku tidak kesulitan mendapatkan jadwal kampanye. Dari tim Polres Kediri juga selalu memberikan tembusan sehingga bisa saling sinergi melakukan pengawasan kampanye Pilkada 2024.

Sejauh ini di daerahnya aman dari pelanggaran Pilkada 2024. Hal ini juga tak luput dari evaluasi yang ia dan tim lakukan saat Pemilu 2024.

Pada  Pemilu 2024, memang pernah ada beberapa kejadian, misalnya ada ibu-ibu yang membawa anaknya, dan yang bersangkutan diberikan informasi agar tidak ikut dalam kampanye. Sebab, aturan melarang anak kecil ikut serta dalam kampanye. Dengan itu, mereka bisa menerima.


Kerja tak kenal waktu

Sebagai seorang panwas Sri bekerja tidak kenal waktu, kendati pagi, siang bahkan malam hari. Tak jarang ia harus menabrak cuaca yang sedang hujan, agar bisa melakukan pemantauan di lokasi, sesuai dengan tugas yang diterimanya.

Semakin mendekati hari pencoblosan, 27 November 2024, pelaksanaan kampanye kian masif dari pasangan calon. Sehingga, ia dengan tim juga mengikuti jadwal yang diberikan untuk pemantauan.

"Kalau waktu, tidak ada libur, kadang minggu sampai malam. Namanya tugas, tetap dilaksanakan," kata dia dengan penuh semangat.

Sebagai seorang disabilitas, dirinya tidak ingin tugasnya tidak terlaksana dengan baik. Namun, kadangkala situasi di lapangan tidak memungkinkan.

Contohnya, ketika ada jadwal pengawasan di lapangan ternyata lokasinya di tengah sawah. Saat itu, ada pengenalan teknologi pertanian oleh tim sukses salah satu pasangan calon sehingga lokasinya ada di sawah. Hal ini menyulitkannya, terlebih lagi kondisi dirinya yang seorang tuna daksa.

Beruntung, timnya juga kompak dan saling mengerti satu sama lain. Mereka bisa saling mendukung dalam  melakukan pengawasan.

Ia bersyukur mempunyai rekan-rekan kerja yang sangat baik dan saling mengerti satu sama lainnya. Ia pun sadar, bahwa tugas dan tanggungjawabnya sebagai bagian dari penyelenggara pilkada adalah kesempatan yang tidak mudah datang begitu saja.


Dukungan teman dan keluarga

Selama melakukan aktivitas sehari-hari baik sebagai bagian dari penyelenggara Pilkada 2024 maupun ibu rumah tangga, dukungan keluarga juga sangat dibutuhkannya.

Sri  bersyukur selama ini keluarga mendukung apapun yang dilakukannya, terlebih saat akan mendaftarkan diri sebagai panwas. Keluarga, termasuk ibunya adalah garda terdepan yang mendorongnya. Anak kandungnya yang kini duduk di bangku kelas 3 SMP di Kabupaten Kediri, juga mendukung penuh.

"Di keluarga, ibu saya tidak pernah menghalangi apapun. Sejauh itu baik, didukung. Ibu mendoakan agar lancar, sukses, kerjaan lancar," katanya.

Keluarga Sri sudah memahami tentang tugasnya sebagai panwas kecamatan, yang bahkan tak kenal waktu. Namun, ia tetap menjalankan tugas di keluarga, dengan bangun lebih awal dan mengerjakan pekerjaan rumah tangga.

Ikut serta dalam panitia di Pilkada 2024  adalah pengalamannya yang tak terlupakan. Banyak hal positif yang bisa diambilnya, banyak jaringan dan rekan baru saat bertugas di panwas kecamatan.

Sri memberikan masukan kepada rekan-rekan di panitia pemungutan suara (PPS) agar saat  memberikan sosialisasi untuk pembangunan TPS  agar ramah disabilitas, ramah orangtua dan mudah diakses.

Menanggapi kiprah Sri Utami,  Ketua Perkumpulan Disabilitas Kabupaten Kediri Umi Salamah menilai bahwa Sri Utami adalah sosok yang sangat bersemangat dan tidak pernah mau berhenti untuk belajar.

Ia masih ingat, ketika ada informasi terkait dengan pendaftaran menjadi penyelenggara pilkada. Persyaratan yang dicantumkan juga tidak semua teman disabilitasnya bisa lolos. Misalnya, dari sisi pendidikan minimal SMA. Padahal teman-temannya jarang ada yang sekolah sampai SMA, mayoritas adalah sekolah dasar (SD).

Selain itu, untuk posisi sebagai panwas kecamatan mobilitasnya juga tinggi, tidak kenal waktu. Ada banyak yang harus dihadapi misalnya soal pelaksanaan pemilu termasuk menghadapi kader partai serta harus paham aturan di pemilu.

Umi  mengapresiasi kegigihan Sri Utami yang telah melewati berbagai tahapan seleksi dan kini lolos menjadi panwas kecamatan. Hal ini adalah kemajuan tersendiri,  karena seseorang disabilitas pun mempunyai kesempatan yang sama untuk berkecimpung sebagai penyelenggara pilkada.

Apa yang dialami Sri Utami diharapkan  agar dapat memotivasi dan menginspirasi teman-teman disabilitas.  Bahkan, ke depan diharapkan akan semakin banyak disabilitas yang bisa terlibat aktif di ruang publik.

"Mbak Sri itu tulang punggung keluarga, tangguh dan mau belajar. Kami juga dukung. Dia juga tidak kenal lelah, luar biasa dari mental, kemauan, mimpinya, banyak sekali," kata dia.

Anggota Panwas Kecamatan Kras Iis Lembarsih mengakui bahwa  berpartner debgan Sri Utami dalam pengawasan Pilkada 2024,  tidak pernah ada masalah  Kondisi disabilitas yang dialami Sri Utami tidak membuat kinerjanya surut.

Baik saat Pemilu 2024 hingga Pilkada 2024 semua anggota panwas di Kecamatan Kras, Kabupaten Kediri totalitas dalam bekerja. Mereka bertugas sesuai dengan pembagian koordinator wilayah.

"Kalau agenda banyak, dibagi per koordinator wilayah. Kalau sedikit kita bersama-sama. Di Kecamatan Kras ada 16 desa, jadi dibagi sesuai dengan daerahnya," kata Iis, menjelaskan wilayah dan pembagian  kerja panwas.

Hal senada juga diunfkapkan anggota panwas lainnya, Agis ​​​​​,  bahwa selama ini jika  ada masalah di lapangan selalu koordinasi dengan teman-temannya, termasuk dengan Sri Utami, sehingga bisa diselesaikan dengan baik.

Sementara itu, Ketua Bawaslu Kabupaten Kediri Saifudin Zuhri menambahkan vahwa pihaknya tidak membedakan saat proses seleksi calon panwas apakah yang bersangkutan disabilitas atau tidak. Saat rekrutmen yang utama, yang bersangkutan harus mampu menjalankan tugasnya.

Bawaslu memberikan kesempatan yang sama bagi semua untuk mendaftarkan diri. Dalam urusan pekerjaan baik petugas yang difabel atau tidak juga mendapatkan porsi yang sama.

"Kami beri kesempatan yang sama, yang diprioritaskan adalah kecakapan,"  ucap  Saifudin.

Untuk petugas yang disabilitas dan berhasil lolos menjadi panita dalam Pilkada 2024 ini ada satu di Kecamatan Kras dan dua pengawas tempat pemungutan suara (PTPS) yakni di Kecamatan Pare dan Kecamatan Kras.

Pilkada di Kabupaten Kediri diikuti dua pasangan calon, yakni pasangan nomor urut 1 adalah Calon Bupati Kediri Deny Widyanarko dan Calon Wakil Bupati Kediri Mudawamah serta pasangan nomor urut 2 adalah Calon Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana serta Calon Wakil Bupati Kediri Dewi Mariya Ulfa.

Kegiatan Pilkada di Kabupaten Kediri akan diikuti 1.254.964  pemilih yang masuk dalam daftar pemilih tetap (DPT). Dari jumlah itu, pemilih laki laki 630.299 orang dan pemilih perempuan 624.665 orang.

Aspirasi politik mereka akan diberikan di 2.344 tempat pemungutan suara (TPS) dan empat TPS lokasi khusus yang ada di pondok pesantren di Desa Ploso, Kecamatan Mojo, Kabupaten Kediri.

Editor: Slamet Hadi Purnomo
Copyright © ANTARA 2024