Jakarta (ANTARA News) - Setiap mendengar nama Bantar Gebang di Bekasi, yang terlintas pada pikiran semua orang pasti gunung sampah.

Sejauh mata memandang, hanya sampah dan sampah di sini. Tapi ada secuil kisah lebaran di Bantar Gebang, tepatnya dari Sati (35), ibu tiga orang anak asal karawang.

Sati adalah salah seorang ari puluhan orang yang tinggal di kawasan pembuangan sampah di wilayah barat kota Bekasi ini sejak beberapa tahun lalu.

Sebagai pemulung, sulit bagi Sati untuk pulang ke kampung halamannya.

"Tahun ini kami tidak mudik, sedih rasanya, apalagi masih ada orang tua di Karawang," kata Sati kepada ANTARA News di pemukiman pemulung Bantar Gebang.

Mengenakan kaos warna merah dan celana tiga perempat sambil menggendong anak saudaranya yang berusia dua tahun, Suti benar-benar sedih.

Bukan hanya tidak bisa sungkem kepada kedua orang tuanya, namun juga tidak dapat melihat dua orang anak dan satu cucunya.

Anak pertama Suti sudah berkeluarga dan sudah memberinya seorang cucu. Anak keduanya masih belajaer di sekolah dasar, sedangkan si bungsu berusia empat tahun tinggal bersamanya di Bantar Gebang.

"Mau bagaimana lagi keadaannya memang seperti ini. Sudah diniati untuk tidak mudik Lebaran. Nanti saja mudiknya waktu Lebaran Haji," sambungnya.

Walaupun tidak bersama keluarga besar untuk merayakan Idul Fitri, Suti tidak terlalu kesepian karena sebagian besar penduduk di pemukiman pemulung sampah juga tidak pulang kampung.

"Setelah shalat Idul Fitri ada silaturahmi. Ya seperti perkampungan biasa," kata dia.

Di sini tidak ada menu spesial yang biasa dihidangkan, apalagi kue lebaran. Harga sembako yang tidak seimbang dengan penghasilan membuat Suti tidak dapat menikmati kue-kue khas Lebaran.

"Tahun kemarin ada yang bagi-bagi sembako, beberapa tahun yang lalu juga ada yang bagi-bagi baju baru. Tapi tahun ini tidak," aku Suti.

Suti berharap tahun depan mobil-mobil mewah dan pemerintah sudi mampir di rumah sederhananya untuk memberi bantuan lebaran bukan hanya untuk dia, namun juga untuk Suti Suti lain di tempat itu.

"Orang sampah (pemulung) mah biasanya milih orang yang sederhana, ya semoga bisa memperhatikan masyarakatnya," katanya, entah ditujukan kepada siapa.


Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2014