Konsep one world-one health yang dipublikasikan sejak 2004 ini merupakan strategi global...dalam menangani kesehatan manusia, hewan, dan ekosistem
Jakarta (ANTARA) - Ahli dari Universitas Indonesia (UI) Prof Anis Karuniawati menyampaikan pendekatan one health mampu mengendalikan resistensi antimikroba di Indonesia.
Konsep one health adalah pendekatan kolaboratif untuk mencapai kesehatan optimal dengan mengakui interkoneksi antara manusia, hewan, tumbuhan, dan lingkungan.
"Konsep one world-one health yang dipublikasikan sejak 2004 ini merupakan strategi global untuk menekankan pentingnya pendekatan yang holistik, trans dan inter-disipliner, serta menggabungkan keilmuan multisektor dalam menangani kesehatan manusia, hewan, dan ekosistem," kata Anis melalui keterangan di Jakarta, Rabu.
Anis mengatakan konsep one health yang diterapkan harus melibatkan berbagai tingkat tata kelola kesehatan, mulai dari level global hingga lokal, dengan mendorong pendekatan partisipatif yang mempertemukan masyarakat, pakar ilmiah termasuk dalam bidang sosial, pemerintah, pemangku kepentingan lainnya, serta pihak industri dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).
Baca juga: UI dan Oklahoma State University siap jalankan One Health System
Ia menekankan konsep one health untuk dapat diimplementasikan di Indonesia, sebab pada 2019 terdapat 444.800 kasus kematian akibat sepsis di Indonesia, dimana sebanyak 68 persen diantaranya disebabkan infeksi bakteri dan 38 persen oleh bakteri resisten.
"Apabila dibandingkan dengan data pandemi COVID-19, terdapat 161.930 kematian selama tiga tahun pandemi. Maka data jumlah kematian akibat infeksi bakteri resisten tersebut sangat tinggi," ungkapnya.
Anis menyebut bakteri resisten muncul akibat kondisi resistensi antimikroba atau AntiMicrobial Resistance (AMR), yakni saat mikroba tidak dapat dimatikan dengan antimikroba yang sebelumnya bisa mematikan.
Menurutnya, perkembangan dan penyebaran mikroba resisten obat dapat disebabkan oleh empat hal utama seperti penggunaan antibiotik, swa-medikasi. Kedua, penggunaan antibiotik dan faktor lain di fasilitas layanan kesehatan. Ketiga, penggunaan antibiotik pada produksi makanan, peternakan, dan pertanian. Keempat, terdapatnya bakteri atau mikroba lain yang resisten di lingkungan, yang merupakan akibat dari tiga faktor lainnya.
Baca juga: Pakar IPB: Konsep "one health" tangkal bakteri resisten antibiotik
Oleh karena itu Pemerintah RI telah menerbitkan Rencana Aksi Nasional Pengendalian Resistensi Antimikroba (RAN-AMR) Periode 2017–2019 sesuai dengan rekomendasi Sidang Majelis Kesehatan Dunia (World Health Assembly) ke-68 tahun 2017 sebagai salah satu upaya implementasi konsep one health.
Meski demikian, kata Anis, tantangan utama penerapan konsep one health adalah menghilangkan batas interdisiplin antar-keilmuan, dan untuk mengatasinya diperlukan data berbasis bukti tentang nilai tambah pendekatan one health.
Ia menilai hal ini menjadi tugas akademisi untuk membangun interaksi keilmuan sains dan sosial untuk mendorong manfaat integratif yang diharapkan dari konsep one health.
"Implementasi RAN-AMR harus dihubungkan dengan program di kementerian/lembaga, dan harus melibatkan tokoh masyarakat dan tokoh agama, mengingat Indonesia memiliki masyarakat yang sangat beragam adat dan budayanya," ucap Anis Karuniawati.
Baca juga: Laporan Baru 'One World, One Health' Menunjukkan Kebutuhan Penting untuk Kolaborasi yang Lebih Erat
Pewarta: Sean Filo Muhamad
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024