Jakarta (ANTARA) - Dokter spesialis dermatologi dan venerologi lulusan Universitas Indonesia dr. Marsha Bianti Sp.DV mengatakan penggunaan produk perawatan kulit (skincare) dengan metode microneedle bisa sebabkan berbagai risiko jika tidak dilakukan dengan profesional.
"Jadi kalau misalkan dilakukan sendiri di rumah tanpa adanya bantuan profesional maka bisa saja ada risiko lukanya terlalu dalam, jadi menimbulkan bekas," katanya kepada ANTARA, Rabu.
Ia mengatakan penggunaan skincare atau alat perawatan wajah dengan metode microneedle terlihat mudah dan sederhana namun hal itu membutuhkan teknik tertentu karena perawatan ini melibatkan alat medis seperti jarum-jarum kecil.
Ketika penggunaannya tidak sesuai prosedur, kata Marsha, bisa menimbulkan luka pada wajah yang ditusukkan jarum sehingga mengurangi estetika, serta melanggar prinsip sterilitas yang seharusnya dilakukan dan bisa menyebabkan infeksi atau perdarahan yang lebih.
“Meskipun jarumnya kecil-kecil dan halus tapi tetap ada perlukan di kulit, kalau misalkan seperti itu harus diperhatikan prinsip sterilitasnya, jadi sebaiknya itu dilakukan di klinik yang memang steril, kemudian dilakukan juga oleh profesional yang memang mengetahui teknik-teknik yang tepat,” ucap Marsha.
Skincare dengan microneedle biasanya digunakan untuk mengatasi kerutan halus dan mengurangi bopeng bekas jerawat pada wajah. Teknik microneedling ini menggunakan jarum-jarum kecil dan halus yang merangsang kolagen dan elastin pada kulit dengan cara menusukkannya pada bagian wajah yang ingin diperbaiki.
Marsha mengatakan konsumen bisa memilih skincare dengan bahan aktif seperti retinol maupun asam seperti AHA atau BHA yang juga bisa merangsang pembentukan kolagen dan elastin sebagai alternatif menghilangkan kerutan halus dan bopeng.
Baca juga: Upaya perawatan kulit yang perlu dilakukan selama musim hujan
Baca juga: Kiat merawat wajah saat kolagen menurun di usia 50 tahun
Pewarta: Fitra Ashari
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2024