Mungkin ke depannya harus dibuat shelter-shelter yang empat lantai untuk evakuasi
Aceh (ANTARA) - Para ahli konstruksi bangunan dan rekayasa teknologi dari berbagai negara di dunia sedang menjajaki pembangunan shelter untuk menjadi tempat evakuasi masyarakat di Aceh, bila kembali terjadi gempa bumi dan tsunami berskala besar.

Pernyataan itu diungkapkan oleh Chair of The Programming Committee Second UNESCO-IOC Global Tsunami Symposium Dr Harkunti P. Rahayu yang ditemui disela kegiatan sosialisasi dan simulasi bencana tsunami di Lhoknga, Rabu.

Harkunti menjelaskan gagasan pembangunan shelter evakuasi tersebut lahir setelah para ahli melakukan analisa lapangan dan mencocokannya dengan data historis gempa dan tsunami 2004 di Aceh.

Baca juga: Ilmuwan dunia rumuskan strategi global atasi tantangan tsunami di Aceh

Data yang tercatat dari tragedi pada 26 Desember 2004, diketahui gempa bumi mengguncang Aceh merupakan terbesar berada pada berskala 9,1 magnitudo.

Gempa kemudian memicu tsunami dengan ketinggian gelombang sekitar 27 meter sehingga menghancurkan seluruh bangunan yang jadi perlintasannya di sejumlah wilayah Aceh.

"Mungkin ke depannya harus dibuat shelter-shelter yang empat lantai untuk evakuasi. Di Desa Mon Ikeun, Lhoknga, misalnya, tidak ada sama sekali bangunan tinggi yang survive, cuma pohon yang paling dekat adalah bukit (untuk berlindung)," kata Harkunti yang juga ahli mitigasi tsunami dari Institut Teknologi Bandung (ITB).

Baca juga: Warga Desa Mon Ikeun Aceh lebih siap hadapi ancaman tsunami masa depan

Ia menyebutkan dalam pemanfaatannya shelter itu nantinya tidak hanya di desain untuk menjadi tempat berlindung terbaik bagi warga saat bencana, tetapi juga harus bisa dimanfaatkan sehari-hari oleh warga sehingga tidak terlantar.

Pasalnya berdasarkan temuan para ahli dari 54 negara saat mengunjungi desa tangguh tsunami di Aceh hari ini ditemukan sudah memiliki bangunan shelter evakuasi, tapi kondisinya terbengkalai - rusak.

"Sudah ada ya, tapi harusnya bisa dimanfaatkan. Jangan terbengkalai, bisa rusak, kan sayang. Ada beberapa lembaga UN yang melihat ini perlu untuk diskusikan. Poin pentingnya sebagai intervensi mitigasi juga untuk menyelamatkan lebih banyak warga saat terjadi bencana," kata dia.

Baca juga: 54 negara lahirkan Deklarasi Aceh pada global simposium tsunami


 

Pewarta: M. Riezko Bima Elko Prasetyo
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024