Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia didesak untuk segera bergabung dengan Kemitraan FLCP (Forest and Climate Leaders) yang merupakan inisiatif untuk menghentikan dan membalikkan hilangnya hutan pada tahun 2030, kata Direktur Eksekutif Yayasan Madani Berkelanjutan Nadia Hadad.

“Padahal dalam pernyataan-pernyataan para kepala dan pejabat negara dalam panel di COP 29 beberapa kali menyebutkan Indonesia sebagai champions dalam inisiatif FOLU Net Sink 2030,” kata Nadia dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.

Dia yang hadir dalam ajang COP29 Baku, Azerbaijan, mengatakan bergabungnya Indonesia dalam kemitraan dapat memastikan mobilisasi pendanaan dari negara-negara maju kepada negara-negara berkembang dan pemilik hutan tropis untuk melindungi hutan tropis sehingga dapat mencapai target iklim global yang tercantum dalam Perjanjian Paris.

Baca juga: Indonesia ikut Konferensi Perubahan Iklim di Baku Azerbaijan

Nadia juga menambahkan, kuota deforestasi Indonesia sudah terlampaui. Berdasarkan dokumen Rencana Operasional Indonesia’s FOLU Net Sink 2030, deforestasi Indonesia sampai 2019 sudah mencapai 4,8 juta hektar. Artinya, kuota deforestasi Indonesia sudah terlampaui atau minus 577 ribu hektar.

“Proses pemulihan ekosistem melalui restorasi dan rehabilitasi lahan membutuhkan waktu sangat lama dan seringkali tidak mampu mengembalikan ekosistem ke kondisi semula, seperti ekosistem gambut dan mangrove,” kata Nadia.

Nadia menjelaskan untuk mencapai target NDC, pencegahan deforestasi harus diutamakan dengan menerapkan kebijakan yang tepat.

“Mengandalkan restorasi dan rehabilitasi saja akan mempersulit pencapaian komitmen iklim Indonesia. Cegah dulu, baru restore,” kata Nadia.

Utusan Khusus Delegasi Republik Indonesia, Hashim Sujono Djojohadikusumo di depan sidang plenary COP29 menyebut bahwa program Food Estate terus berjalan. Sebelumnya, Presiden Prabowo telah berkunjung ke lokasi Food Estate di Kabupaten Merauke, Papua Selatan yang telah diplot seluas lebih dari 2 juta hektar sebagai fokus garapan Food Estate pemerintahannya.

Baca juga: Yayasan Madani ajak pilih pemimpin peduli dampak perubahan iklim

Dalam pidatonya Hashim menggunakan argumen bahwa program ketahanan pangan sangat diperlukan untuk menjaga kemandirian Indonesia dari guncangan eksternal yang telah kita lihat dan alami dalam beberapa tahun terakhir.

Pewarta: Ahmad Wijaya
Editor: Adi Lazuardi
Copyright © ANTARA 2024