Indeks Kualitas Udara (Air Quality Index/ AQI) yang dipantau pada pukul 06.12 WIB berada di angka 169 dengan nilai konsentrasi partikel halus PM2.5 berada di angka 81,3 mikrogram per meter kubik.
Angka itu memiliki penjelasan dapat merugikan manusia ataupun kelompok hewan yang sensitif atau bisa menimbulkan kerusakan pada tumbuhan ataupun nilai estetika.
Masyarakat juga diimbau tetap menjaga kesehatan dan memakai masker jika harus beraktivitas di luar rumah.
Baca juga: Jaksel tanam 215 pohon setiap bulan untuk penghijauan
Baca juga: Jaksel tanam 215 pohon setiap bulan untuk penghijauan
Sedangkan kategori baik, yakni tingkat kualitas udara yang tidak memberikan efek bagi kesehatan manusia atau hewan dan tidak berpengaruh pada tumbuhan, bangunan ataupun nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 0-50.
Kemudian, kategori sedang, yakni kualitas udaranya yang tidak berpengaruh pada kesehatan manusia ataupun hewan tetapi berpengaruh pada tumbuhan yang sensitif dan nilai estetika dengan rentang PM2,5 sebesar 51-100.
Lalu, kategori sangat tidak sehat dengan rentang PM2,5 sebesar 200-299 atau kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan pada sejumlah segmen populasi yang terpapar.
Terakhir, kategori berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.
Baca juga: Tamhut DKI kembali tanam tabebuya di Palmerah
Terakhir, kategori berbahaya (300-500) atau secara umum kualitas udaranya dapat merugikan kesehatan yang serius pada populasi.
Baca juga: Tamhut DKI kembali tanam tabebuya di Palmerah
Kota dengan kualitas udara terburuk urutan pertama, yaitu Delhi (India) di angka 1.565, urutan kedua Lahore (Pakistan) di angka 543, urutan ketiga Hanoi (Vietnam) di angka 177, urutan keempat Kinshasa (Kongo) di angka 173, urutan kelima Kolkata (India) di angka 169.
Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta sebelumnya meluncurkan platform perantau kualitas udara terintegrasi yang didukung 31 titik Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) tersebar di wilayah kota metropolitan tersebut.
Dari SPKU tersebut, kemudian data yang diperoleh ditampilkan melalui platform pemantau kualitas udara. Hal ini dibuat sebagai penyempurnaan dari yang sudah ada sebelumnya dan sesuai dengan standar yang berlaku secara nasional.
Laman ini juga menampilkan data dari 31 SPKU di Jakarta yang mengintegrasikan data dari SPKU milik DLH Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Vital Strategies.
Pewarta: Siti Nurhaliza
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024