... akan terus memantau keadaan secara seksama... "
Sydney (ANTARA News) - Maskapai penerbangan Australia, Qantas, Selasa, akan tetap terbang melintas di atas wilayah udara Irak, meskipun penerbangan mitranya, Air Emirates ], memutuskan mengubah jalur karena khawatir serangan roket para jihad, setelah kasus kecelakaan pesawat Malaysia Airlines MH17.
Qantas mengatakan, sudah tidak lagi terbang di atas Suriah karena ruang udaranya dianggap tidak aman, tetapi tidak ada informasi yang menyatakan bahwa riskan bagi penerbangan sipil untuk terbang di atas Irak, terutama pada ketinggian terbang mereka.
"Qantas adalah salah satu dari banyak penerbangan yang sekarang melintas di atas Irak untuk juruan Eropa," kata kepala pilot penerbangan itu, Dick Tobiano.
Penerbangan itu mengatakan, ketinggian rata-rata penerbangan di kawasan Timur Tengah adalah 38.000 hingga 41.000 kaki, jauh di atas saran Pengelola Penerbangan Amerika Serikat yaitu 20.000 kaki.
"Qantas tidak akan menjanjikan penumpang dan awak untuk terbang di suatu kawasan yang kami tahu tidak aman," kata Tobiano.
"Kami akan terus memantau keadaan secara seksama dan membuat perubahan yang diperlukan untuk memastikan keamanan para penumpang."
Risiko terbang di atas kawasan pertempuran menjadi perhatian setelah penerbangan Malaysia Airlines MH17 yang mengangkut 298 penumpang dan awak ditembak jatuh diduga oleh gerilyawan di Ukraina timur.
Direktur Emirates, Tim Clark, mengatakan kepada harian The Times, London, dalam wawancara yang disiarkan Senin, penerbangan itu telah berhenti terbang di atas Irak. Ia juga memperkirakan penerbangan-penerbangan lain akan mengubah jalur mereka.
"Ini urusan politik... tapi apa yang terjadi pada MH17 telah mengubah segalanya dan ini sangat dekat dengan wilayah udara Eropa," kata Clark.
Penerbangan Etihad Airways, dari Abu Dhabi, seperti Qantas mengatakan, akan tetap terbang di atas Irak untuk saat ini dengan menambahkan, "Alam dan lingkungan keamanan di Irak sangat berbeda dengan Ukraina."
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2014