"Ada 150 guru yang berada di daerah pesisir Sumut mengikuti pelatihan dan edukasi mangrove tersebut," ujar Kepala Sub Kelompok Kerja Sosialisasi dan Pelatihan BRGM Budiyanto di Medan, Selasa.
Ia mengatakan pendidikan lingkungan hidup mangrove ini memiliki peran strategis dalam upaya membangun terhadap lingkungan, memberikan keterampilan, membantu mencegah kerusakan lingkungan.
Dia mengatakan pendidikan lingkungan terhadap guru tersebut dapat menjadikan mereka menjadi cinta lingkungan dengan harapan dapat menjadi pelaku untuk mengawali mangrove dari dampak lingkungan.
Baca juga: Kepulauan Seribu tanam mangrove untuk kurangi pemanasan global
Berdasarkan peta mangrove nasional dikeluarkan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada 2023, Indonesia memiliki lebih kurang 4,2 juta hektare atau 20 persen dari mangrove dunia, sedangkan untuk Sumut sekitar 85.223 hektare.
"Sehingga, kami merasa bahwa salah satu pendekatan edukasi tentang mangrove ini penting untuk dilakukan kepada guru terutama di pesisir," kata dia.
Salah satu perencanaan mitigasi pengendalian perubahan iklim yang direncanakan pemerintah Sumut, kata dia, untuk meningkatkan tutupan vegitasi hutan.
"Kami memiliki program meningkatkan, memulihkan dan mempertahankan mangrove bagaimana masyarakat juga terdampak yang baik terhadap lingkungan tersebut," ucapnya.
Pelatihan mangrove untuk guru tingkat dasar dan menengah tersebut terdiri atas 32 jam pelajaran, 12 teori, dan 20 jam praktik.
Baca juga: Perkumpulan Konservasi Kakatua tanam 1.200 mangrove di Seram Barat
Baca juga: BRIN sebut investasi budaya harus berbasis pelestarian lingkungan
Baca juga: BRIN dorong optimasi mangrove, maksimalkan potensi perdagangan karbon
Pewarta: M. Sahbainy Nasution
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2024