"Saat ini dengan panjang pantai 152 kilometer hanya ada satu shelter tsunami di daerah Maligi, Kecamatan Sasak Ranah Pasisia. Kita butuh setidaknya sembilan shalter lagi," kata Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pasaman Barat Zulkarnain di Simpang Empat, Selasa.
Menurut dia shelter tsunami yang berada di Maligi itu baru selesai dibangun dengan menggunakan anggaran Pemprov Sumbar tahun ini.
"Shelter itu terletak di SD 02 Maligi dengan ukuran 10x12 meter dan tingkat 4. Mudah-mudahan bisa bermanfaat dan direncanakan akan ada simulasi nantinya," katanya.
Ia mengatakan garis pantai di Pasaman Barat ada sekitar 152 kilometer dan dihuni sekitar 80 ribu jiwa. Dibutuhkan shelter untuk evakuasi warga jika sewaktu-waktu terjadi tsunami.
Kebutuhan shelter saat ini adalah di Katiagan Kinali, Sasak, Pulau Panjang Kecamatan Sungai Beremas, Mandiangin Kinali, Sikilang Kecamatan Sungai Aur, dan di Sikabau Kecamatan Koto Balingka.
Kebutuhan shelter di daerah pesisir pantai sangat dibutuhkan karena pada umumnya daerah pantai yang ada merupakan daerah terpencil. Jalan menuju daerah itu juga masih menyisir pantai.
"Akses jalan itu masih menyisir pantai. Jika terjadi tsunami maka warga dipastikan sulit keluar menyelamatkan diri sehingga diperlukan shelter," katanya.
Pihaknya telah mengusulkan ke Pemprov Sumbar agar bisa membangun shelter karena butuh anggaran yang besar.
Ia menyebutkan Pasaman Barat merupakan salah satu daerah yang rawan bencana, mulai dari banjir, longsor, gempa, dan tsunami.
Baca juga: Pesisir Selatan percepat bangun pasar berbasis shelter tsunami
Baca juga: Shelter tsunami di Sumbar masih minim
Pewarta: Altas Maulana
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024