Paviliun Indonesia di COP29 memiliki tiga tujuan utama. Pertama, ini merupakan upaya diplomasi lunak, yang memperkuat aksi, strategi, dan inovasi iklim Indonesia di panggung dunia
Baku, Azerbaijan (ANTARA) - Paviliun Indonesia di konferensi tahunan Perubahan Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa/Conference of the Parties (COP) ke 29 di Baku Azerbaijan menghadirkan tarian dan makanan tradisional sebagai salah satu diplomasi Indonesia.
"Paviliun Indonesia di COP29 memiliki tiga tujuan utama. Pertama, ini merupakan upaya diplomasi lunak, yang memperkuat aksi, strategi, dan inovasi iklim Indonesia di panggung dunia," kata Menteri Lingkungan Hidup (LH) Hanif Faisol di Baku, Azerbaijan, Selasa.
Paviliun Indonesia juga bertujuan mempromosikan program pengendalian perubahan iklim Indonesia secara konstruktif, integratif, dan elaboratif.
Selain itu, kata dia, Paviliun Indonesia juga merupakan wadah untuk mengeksplorasi ide-ide baru, menjalin kemitraan baru, dan menciptakan peluang yang memperkuat ketahanan iklim di Indonesia dan sekitarnya.
Baca juga: Indonesia ikut Konferensi Perubahan Iklim di Baku Azerbaijan
Penanggung jawab Paviliun Indonesia Agus Junianto di Baku Olympic Stadium, Azerbaijan, mengatakan, Paviliun Indonesia merupakan sarana soft diplomasi, karena selain negosiasi, juga harus bisa menyuarakan aksi-aksi strategi dan inovasi Indonesia pada dunia internasional.
Dia menjelaskan Paviliun Indonesia menghadirkan tujuh kegiatan antara lain sesi temu wicara untuk membahas isu-isu tertentu yang bisa menyampaikan perkembangan aksi-aksi yang sudah dilakukan.
Kemudian juga kegiatan sesi kolaborasi dengan membuat aksi bersama negara mitra terkait. Kegiatan selanjutnya sesi eminence person atau bincang-bincang dengan orang terkemuka. Selain itu Paviliun Indonesia juga menyediakan ruangan untuk pertemuan bilateral serta kegiatan penampilan pameran.
Menurut Agus, tak banyak perbedaan antara COP29 dengan sebelumnya di Dubai, namun untuk sesi temu wicara jauh berkurang dari 77 sesi pada COP28 menjadi hanya 44 sesi tahun ini. Hal itu karena pembukaan paviliun yang hanya sampai pukul 18.00 waktu setempat, sementara di Dubai hingga pukul 21.00.
Lebih lanjut dia mengatakan soft diplomasi melalui budaya sangat efektif untuk memperkenalkan Indonesia, karena pengunjung akan tertarik untuk ke Paviliun Indonesia untuk melihat tarian dan mencoba makanan tradisional yang disediakan.
Baca juga: Serba-serbi Konferensi Iklim COP29 di Azerbaijan
"Bisa dilihat Paviliun Indonesia selalu ramai dikunjungi, apalagi saat di Dubai sebelumnya, pengujung juga ikut menari," katanya.
Sasqia, salah seorang penari, mengatakan mereka akan menampilkan sedikitnya 11 tari tradisional Indonesia selama COP29 berlangsung hingga 22 November mendatang.
Sebelumnya saat pembukaan Paviliun Indonesia pada Senin (11/11) yang diresmikan oleh Utusan Khusus Presiden RI untuk COP29 Hashim S Djojohadikusumo, tari yang ditampilkan adalah Tari Kembang Kipas khas Betawi.
Di sela-sela kegiatan, para penari yang merupakan mahasiswa Indonesia di Mesir juga menari Pocopoco dan Maumere bersama para pengunjung.
Sementara makanan tradisional Indonesia seperti beragam kue basah, seperti dadar gulung, bakwan, kacang, dan lainnya dihidangkan saat jeda antar-sesi diskusi.
Baca juga: RI siap laksanakan kesepakatan MRA perdagangan karbon dengan Jepang
Baca juga: ARUKI serukan RI dorong target penurunan emisi ambisius di COP29
Pewarta: Desi Purnamawati
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2024