Saya tidak tahu bagaimana cara mengurus masalah asuransi, yang jelas anak saya berangkat secara resmi dan membayar asuransi. Kami mohon agar perusahaan dan pemerintah membantu."Lombok Barat (ANTARA News) - Suasana malam perayaan Idul Fitri 1435 Hijriah di Desa Perampuan, Kabupaten Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat diwarnai dengan kedatangan jenazah Jufri (27), salah seorang tenaga kerja Indonesia yang meninggal di Malaysia, Sabtu (26/7).
Jenazah pahlawan devisa tersebut tiba di kampung halamannya Dusun Karang Bayan, Desa Perampuan, Kecamatan Labuapi, pada Minggu malam, sekitar pukul 21.00 Wita.
Tangis histeris Sumi, istri almarhum tak terbendung ketika peti mati yang berisi jenazah suaminya diturunkan dari mobil ambulans yang datang dari Bandara Internasional Lombok (BIL), Kabupaten Lombok Tengah. Bahkan, perempuan berusia 25 tahun itu berkali-kali pingsan di tengah kerumunan warga yang berkumpul di rumahnya mengadakan tahlilan.
Ayah almarhum, Amak Daimah (60), yang duduk di dekat peti mati juga tampak sedih atas kepergian anak ketiganya.
"Saya tidak menyangka akan secepat ini Jufri meninggalkan kami semua. Padahal kemarin malam dia sempat menelepon dan berpesan untuk menjaga baik-baik anaknya dan akan segera mengirim uang untuk memperbaiki rumah yang sudah reot," kata Daimah dengan nada sedih.
Amak Daimah, mengaku mendapat kabar meninggalnya putra yang sangat disayanginya itu dari anak keduanya yang juga bekerja di lokasi perkebunan yang sama dengan almarhum.
"Saya dapat kabar kalau Jufri sudah tiada karena meninggal dunia akibat kecelakaan kerja. Dia (almarhum) ditindih tumpukan kelapa sawit ketika akan menaikkan ke atas kendaraan," ucapnya.
Ia mengatakan, almarhum baru bekerja di Malaysia selama delapan bulan dan sempat mengirim uang, namun hasil kerja kerasnya itu sudah habis hanya untuk membayar pinjaman yang dipakai untuk biaya pemberangkatan.
Almarhum, kata Amak Daimah, belum sempat melihat buah hatinya yang baru berusia tiga bulan. "Anak saya berangkat melalui perusahaan secara resmi ketika istrinya sedang mengandung anak pertamanya," tutur Amak Daimah yang tidak tahu persis nama perusahaan yang memberangkatkan anaknya.
Pria lanjut usia itu hanya bisa pasrah dan berharap agar pemerintah dan pihak terkait membantu pengurusan asuransi yang menjadi hak dari ahli waris almarhum anaknya, terlebih meninggalnya karena kecelakaan kerja.
"Saya tidak tahu bagaimana cara mengurus masalah asuransi, yang jelas anak saya berangkat secara resmi dan membayar asuransi. Kami mohon agar perusahaan dan pemerintah membantu," harap Amak Daimah. (WLD/N005)
Pewarta: Awaludin
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2014