"Nanti ada konsep yang mengatasi kekumuhan tidak harus selalu menggusur ya, bisa kita tata ulang dan warga tetap tinggal di tempatnya semula," kata Ridwan di Kelurahan Susukan, Ciracas, Jakarta Timur, Sabtu (9/11).
Ridwan Kamil menginginkan wilayah padat penduduk menjadi lebih manusiawi saat dihuni.
"Saya sudah mengamati beberapa wilayah yang padat. Nanti ditata ulang dengan keilmuan arsitektur. Mudah-mudahan akan lebih manusiawi," katanya.
Sedangkan Calon Gubernur Jakarta 2024 nomor urut 2, Dharma Pongrekun berjanji mendesain ulang tata kota Jakarta agar mampu menciptakan perubahan iklim yang lebih baik lagi.
Baca juga: RIDO bakal tata kawasan kumuh melalui Program Kampung Keren
Baca juga: Dharma janji desain ulang tata kota Jakarta
Setelah adanya pemindahan ibu kota ke Ibu Kota Nusantara (IKN) membuat pihaknya bisa mendesain ulang tata kota.
Dia mencontohkan, saat ini pepohonan sedang dibudayakan kembali membentuk hutan kota yang akan membuat terjadinya pengurangan emisi.
Rencana penataan ulang permukiman padat penduduk juga pernah disampaikan Calon Gubernur Jakarta nomor urut 3, Pramono Anung saat blusukan.
"Hampir semua daerah yang padat penduduk, ada tempat-tempat yang selalu tidak bisa melihat matahari dan MCK-nya menyedihkan," kata Pramono di kawasan Taman Sari, Jakarta Barat, Kamis (10/10).
Pramono menegaskan rumah-rumah di kawasan itu harus dilakukan penataan ulang kembali.
Baca juga: Pramono siap anggarkan Rp26 triliun untuk sistem transportasi Jakarta
Mengenai hal itu, pengamat arsitektur dan tata kota, Teguh Aryanto mengatakan penataan ulang wilayah padat penduduk seharusnya tidak dilakukan dengan cara menggusur.
"Penataan kawasan kumuh haruslah tidak dengan konsep menggusur. Menggusur atau memindahkan adalah jalan terakhir," ujar Teguh saat dihubungi.
Teguh menambahkan perlunya membuat rumah dan lingkungan yang sehat dalam penataan tata kota.
Karena itu, Sekretaris Ikatan Arsitek Indonesia (IAI) Jakarta itu juga meminta gubernur Jakarta terpilih melibatkan warga setempat dalam proses mendesain bangunan baru di lingkungan tempat tinggal mereka.
Menurut dia, adanya desain yang terbentuk dari keterlibatan warga maka tidak akan mencabut budaya atau kebiasaan warga. "Desainnya harus datang dari warga dengan, arsitek hanya mendampingi," ujarnya.
Pewarta: Luthfia Miranda Putri
Editor: Sri Muryono
Copyright © ANTARA 2024