Istanbul (ANTARA) - PBB pada Senin menyerukan kepada para pemimpin dunia untuk memprioritaskan tindakan iklim dan reformasi keuangan yang mendesak dengan menekankan biaya ekonomi dan manusia akibat tidak bertindak.

"Tujuan keuangan iklim yang ambisius bukanlah amal, itu adalah kepentingan diri sendiri bagi setiap negara," kata Sekretaris Eksekutif Konvensi Kerangka Kerja PBB tentang Perubahan Iklim (UNFCCC), Simon Stiell, dalam pidato pembukaan di COP29 di Baku, Senin.

Tujuan keuangan iklim yang baru dan ambisius, lanjutnya, termasuk negara terbesar dan terkaya.

Oleh karenanya, Stiell mendorong peralihan ke energi bersih dengan investasi yang diproyeksikan mencapai dua triliun dolar AS (Rp31.393 triliun) pada 2024.

Ia pun menyerukan agar negara-negara menyepakati jalan keluar dari kekacauan tersebut.

"Krisis ini mempengaruhi setiap individu di dunia, dengan satu atau cara lain,” tambahnya.

Pejabat PBB itu juga menyerukan agar Artikel 6 pada Kesepakatan Paris diselesaikan untuk memperbolehkan pasar karbon internasional dan memperingatkan bahwa jika suhu global terus meningkat tanpa pengendalian, maka seluruh ekonomi global akan terpuruk.

Konferensi Perubahan Iklim ke-29 (COP29) untuk UNFCCC dimulai di Baku pada Senin yang mengumpulkan pemimpin dunia, pembuat kebijakan, dan aktivis dengan komitmen baru untuk mengatasi krisis iklim yang semakin intens.

Acara tersebut akan berlangsung hingga 22 November dengan diskusi tentang pemanasan global, adaptasi iklim, dan keberlanjutan.

Sumber : Anadolu
Baca juga: Konferensi Perubahan Iklim PBB COP29 akan dimulai di Azerbaijan
Baca juga: RI usung isu capaian penurunan emisi dan perdagangan karbon di COP29
Baca juga: COP28 Dubai sepakati pendanaan Rp1,2 kuadriliun

Penerjemah: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Atman Ahdiat
Copyright © ANTARA 2024