Dosen yang masuk dalam daftar Dua Persen Ilmuwan Berpengaruh di Dunia versi Stanford University bersama Elsevier BV itu mendapatkan kehormatan sebagai Dies Reader untuk menyampaikan orasi ilmiah dalam peringatan Dies Natalis ke-60 Unej yang digelar di Gedung Auditorium kampus setempat, Senin.
"Indonesia menduduki posisi kedelapan sebagai negara yang paling banyak menghasilkan sampah plastik, dengan jumlah 3,4 juta ton per tahun berdasarkan data World Population Review tahun 2024," kata Asrofi dalam orasi ilmiahnya yang berjudul 'Biokomposit Sebagai Kemasan Ramah Lingkungan di Era Society 5.0. : Peran Sentral Dalam Meujudkan Suistainable Development Goals (SDGs) dan Pertanian Berkelanjutan' di Gedung Auditorium Unej.
Menurutnya sampah plastik memerlukan waktu yang lama untuk terurai, bahkan ada yang memakan waktu ratusan tahun dan salah satu solusi sampah plastik adalah plastik ramah lingkungan dari bahan alami atau bioplastik atau biokomposit.
"Karena bahan utama pembuatan plastik itu berasal dari bahan alami yang mudah terurai di alam. Semisal dari limbah biji mangga, eceng gondok, tandan kosong sawit, ampas tebu dan bahan yang berasal dari tanaman lainnya," tuturnya.
Ia menjelaskan dua hasil penelitiannya terkini yakni pertama, plastik untuk bahan makanan berbahan limbah biji mangga yang tidak terpakai diubah menjadi gelatin lantas diproses sebagai plastik ramah lingkungan.
"Dari hasil uji coba di laboratorium, biokomposit yang saya ciptakan memiliki kemampuan tahan panas yang lebih baik dari tas kresek LDPE yang umum dipakai di pasaran," katanya.
Selain meneliti biokomposit, lanjut dia, pihaknya juga mengembangkan purwa rupa kertas dari serat ampas tebu dan dari tandan kosong kelapa sawit.
"Produk itu nantinya cocok untuk pembungkus atau kardus makanan, bahkan karton dari tandan kosong kelapa sawit memiliki kekuatan yang lebih baik sehingga bisa dipakai untuk tempat telur atau egg tray," ujarnya.
Dosen muda itu menilai pengembangan biokomposit sesuai dengan visi misi Unej yang ingin mengembangkan pertanian dan perkebunan industrial karena pada satu sisi biokomposit memanfaatkan limbah pertanian dan perkebunan, di sisi lainnya ikut menjaga lingkungan yang berarti melestarikan alam sehingga usaha pertanian dan perkebunan akan berkelanjutan.
"Pengembangan riset biokomposit yang memiliki banyak manfaat nyata, akan menjadikan Unej sebagai perguruan tinggi yang mampu memberikan solusi bagi permasalahan bangsa," katanya.
Sebelumnya, Rektor Unej Iwan Taruna menyampaikan laporan tahunan mengenai perkembangan selama setahun ini yakni persiapan untuk bertransformasi menuju Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTN-BH).
"Transformasi menjadi PTN-BH diharapkan menjadi sarana bagi Unej agar lebih adaptif menghadapi tantangan ke depan yang makin kompleks, sehingga harus berbenah," tuturnya.
Baca juga: Peluncuran buku karya dosen FH Unej perkuat literasi hukum Indonesia
Baca juga: Unej wujudkan kampus bebas kekerasan seksual saat kasusnya meningkat
Baca juga: Unej gagas Japan Hub, jadi penghubung Pemerintah Jepang di Tapal Kuda
Pewarta: Zumrotun Solichah
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024