Tantangannya (pengolahan limbah) itu investasi, butuh investasi yang sangat besar dan mahal, karena saat ini, kalau menurut masyarakat kan limbah itu harus yang murah, tetapi produknya mahal, padahal mengolah limbah itu tidak murah seharusnya
Jakarta (ANTARA) - Peneliti yang mendapatkan penghargaan Habibie Prize 2024 dari Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya, Felycia Edi Soetaredjo, menyebut pentingnya investasi besar di bidang pengolahan limbah untuk masa depan Indonesia yang lebih berkelanjutan.
“Tantangannya (pengolahan limbah) itu investasi, butuh investasi yang sangat besar dan mahal, karena saat ini, kalau menurut masyarakat kan limbah itu harus yang murah, tetapi produknya mahal, padahal mengolah limbah itu tidak murah seharusnya,” katanya saat ditemui di Gedung BRIN, Jakarta, Senin.
Baca juga: Wapres Gibran tinjau proyek pengolahan limbah di Penjaringan Jakut
Menurutnya, salah satu hal yang mesti dilakukan pemerintah Indonesia untuk mewujudkan lingkungan yang lebih baik yakni mempengaruhi industri atau perusahaan-perusahaan besar untuk menerapkan pengolahan limbah cair dengan biaya yang serendah mungkin.
“Kami ingin mengupayakan, kita harus mempengaruhi industri, sehingga lingkungan menjadi lebih baik untuk Indonesia, dengan cara kita di penelitian dasar meneliti bagaimana proses-proses pengolahan limbah yang bisa diterapkan di industri dengan biaya yang serendah mungkin,” ujar dia.
Namun, menurutnya, setiap industri tentu menghasilkan kandungan limbah yang berbeda-beda, sehingga para peneliti dan periset perlu terus mengeksplorasi strategi yang tepat agar pengolahan limbah di industri bisa berjalan dengan tepat.
“Tetapi memang kandungannya yang dikeluarkan dari industri itu kan bermacam-macam, dan enggak mungkin bisa menerapkan satu hal yang bisa diterapkan ke semua, itu yang kita terus bereksplorasi,” ucapnya.
Felycia yang mendapatkan penghargaan Habibie Prize 2024 atas kontribusinya dalam penelitian pemanfaatan biomassa dan tanah liat untuk remediasi lingkungan air ini menyebutkan, butuh reaktor khusus untuk memproses pengolahan limbah.
Baca juga: BRIN ungkap potensi teknologi baru pengolahan limbah radioaktif
“Tantangannya adalah reaktor yang dibutuhkan untuk memproses itu khusus, jadi kami sudah pernah merancang dan memang tantangannya di investasi, padahal secara dampak, air limbah yang dikeluarkan itu bisa didegradasi, jadi yang dikeluarkan ke lingkungan sudah tidak bahaya, bisa dikeluarkan ke sungai dan tidak mencemari karena batas yang ditetapkan oleh peraturan lingkungan hidup sudah terpenuhi,” paparnya.
Ia mengutarakan, di bidang polusi cair, misalnya pada air sungai atau limbah air, peraturan-peraturan di Indonesia itu sebenarnya sudah bagus, hanya perlu edukasi yang lebih masif kepada industri menengah dan kecil serta UMKM.
“Kita berusaha untuk memberikan pendampingan kepada industri menengah dan kecil, biasanya itu yang paling membutuhkan. Kalau industri besar, mereka punya kapasitas yang bagus untuk mengembangkan, tetapi kalau industri kecil kan mereka cenderung enggak tahu, sehingga mereka ya sudah dibuang saja, itu padahal kecil-kecil tetapi banyak, akhirnya akan mencemari,” tuturnya.
Untuk itu, ia menegaskan, Indonesia perlu menciptakan inovasi pengolahan limbah yang mudah diterapkan sehingga para pengelola industri kecil dan menengah dapat menggunakannya dengan biaya yang murah.
Baca juga: Mandiri energi dengan mengolah kotoran sapi
Pewarta: Lintang Budiyanti Prameswari
Editor: Sambas
Copyright © ANTARA 2024