...kita bisa ketakutan tanpa sebab, tetapi setiap hari ada ribuan penerbangan yang tidak bermasalah."
Paris (ANTARA News) - Musibah yang menimpa tiga penerbangan dalam waktu seminggu yaitu di Ukraina, Taiwan serta Mali tanpa seorang pun yang selamat, membuat penumpang pesawat sedikit panik dan terkenang musibah tersebut.
Atlet asal Thailand, Thapanat Rueangmanee (25) ketika menunggu waktu melapor di bandara Charles de Gaulle, Prancis, Jumat, mengaku "sedikit gelisah, seperti juga rekan-rekan saya".
Ia mengunjungi ibu kota Prancis untuk pertemuan atletik dan tidak ada pilihan lain untuk pulang kecuali menumpang pesawat terbang.
"Kami tidak bisa naik kapal," katanya seperti dikutip AFP.
"Tiga kecelakaan dalam seminggu, sangat banyak," kata Hadjera Akli (24) yang datang untuk menemui keluarganya dari Aljazair.
Dalam forum internet orang-orang tidak tenang, takut terbang muncul dimana-mana.
Yoco yang akan terbang ke Seoul pada Agustus mengaku di situs Prancis crash-aerien.aero bahwa kecelakaan akhir-akhir ini telah "membuat kepanikan muncul kembali".
"Apa ada laporan kecelakaan pesawat lagi? Saya akan terbang ke Chicago besok dari Atlanta. Tidak yakin apa saya bisa melakukannya," tulis seorang penumpang di fearfoflying.com.
"Saya sudah melakukan semua latihan ... tetapi ini membuat saya sangat takut ... tolong!"
"Tangan saya gemetaran sekarang, sulit untuk mengetik," kata orang lain di dalam forum yang sama.
"Ada empat kecelakaan pesawat penumpang dalam enam bulan, satu masih hilang, satu ditembak jatuh, satu jatuh akibat cuaca buruk dan ada satu lagi. Tiga dalam seminggu saja!"
Bahkan Tony Tyler, direktur Asosiasi Angkutan Udara Internasional (IATA) terpaksa mengaku pada Jumat "Setelah tiga kecelakaan dalam waktu yang singkat, banyak orang mempertanyakan keamanan angkutan udara."
"Meskipun ada kejadian dalam tujuh hari terakhir, kami masih bisa membuat penerbangan aman," ia meyakinkan.
Setiap saat ada pesawat jatuh, telepon pada Pusat Perawatan Takut Terbang Prancis, mulai berdering.
"Pelanggan kami menelpon karena mereka cemas dan mereka mengajukan pertanyaan serta menunggu jawaban," kata Xavier Tytelman, ketua badan tersebut dan mantan pilot militer.
"Kami mencoba memberi penjelasan kepada mereka, membantu mereka memahami apa yang terjadi."
Beberapa ratus orang setiap tahun mengunjungi Pusat Perawatan Takut Terbang yang didirikan tujuh tahun yang lalu.
Setiap perawatan dikenakan biaya 580 dolar, kebanyakan dibayar oleh para majikan mereka.
"Takut terbang bisa menghambat kenaikan pangkat," kata Tytelman.
"Sebagian orang malahan sampai keluar dari tempat kerja karena mereka harus melakukan pekerjaan dalam penerbangan, yang lain bisa membuat keluarganya menderita dan orang yang berpindah kadang-kadang terlalu takut pulang sampai beberapa tahun," tambahnya.
Psikolog dapat membantu orang-orang tersebut untuk mengatasi rasa takut, khususnya akibat pikiran buruk, biasanya dengan latihan menarik nafas dalam.
"Kami bisa menyingkirkan semua hal yang telah mereka lihat di media dan film." kata Tytelman.
"Kita melihat serangkaian kecelakaan tanpa ada yang selamat, meski pun biasanya tingkat keselamatan dalam kecelakaan pesawat terbang adalah 50 persen, sedangkan kecelakaan mobil dengan kecepatan laju 40km/jam bisa 80 persen kematian," ia menambahkan.
Di bandara Charles de Gaulle, seorang pelajar dari Paris, Gabriel Dulbecco berusaha tenang sebelum melakukan penerbangan ke Tiongkok.
"Sungguh, kita bisa ketakutan tanpa sebab, tetapi setiap hari ada ribuan penerbangan yang tidak bermasalah."
Sementara itu Zohra, perempuan berusia 52 tahun asal Aljazair lebih gila lagi mengatakan "Kita pasrahkan nasib kita pada Tuhan, kalau pesawatnya jatuh ya jatuh saja".
(Uu.SYS/A/M007/C/F001)
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2014