Sebagai wujud pada prinsip green economy, jika dana segar yang dihasilkan untuk proyek dengan asas terciptanya ekonomi hijau di Indonesia

Jakarta (ANTARA) - Analis Senior Investment Information Mirae Asset Sekuritas Nafan Aji Gusta menilai, langkah PT Bank Negara Indonesia (BNI) dalam menerbitkan obligasi hijau (green bonds) menjadi salah satu wujud komitmen Perseroan dalam membangun ekosistem ekonomi hijau (green economy).

Seperti yang diketahui, ekosistem ekonomi hijau di Indonesia bisa terbentuk salah satunya melalui penerbitan obligasi. Salah satu cara terbentuknya ekonomi hijau adalah dengan pembangunan proyek-proyek yang berkelanjutan yang bisa membentuk ekosistem tersebut.

“Sebagai wujud pada prinsip green economy, jika dana segar yang dihasilkan untuk proyek dengan asas terciptanya ekonomi hijau di Indonesia, tentunya kalau terjadi inflow karena pelaku pasar melakukan pembelian, tentunya green economy akan tercipta,” kata Nafan di Jakarta, Senin.

Nafan menjelaskan, Presiden Prabowo Subianto sendiri telah berjanji untuk mengoptimalkan pertumbuhan ekonomi mencapai 6 persen yang salah satunya dengan mengoptimalkan ekonomi hijau. Sebab, ada potensi dari ekosistem ekonomi hijau ini.

“Harapan green economy di tanah air potensial. Dan bisa diaplikasikan misalnya dengan pembangunan infrastruktur di IKN yang menerapkan forest city. Ini akan menciptakan pertumbuhan ekonomi baru. Ini memang salah satu, jadi ada kaitannya. Investor harusnya bisa memanfaatkan potensi ini,” ujarnya.

Pada 2022 yang lalu, untuk pertama kalinya BNI menerbitkan green bonds senilai Rp5 triliun. Dengan rating Id(AAA) dari lembaga pemeringkat Pefindo, green bonds ini terdiri dari dua jenis yaitu series A (Rp 4 triliun) dengan tenor 3 tahun dan series B (Rp1 triliun) dengan tenor 5 tahun.

Selanjutnya pada 2023 tercatat bahwa sebanyak 87,3 persen dari penerbitan green bonds tersebut telah dialokasikan untuk proyek-proyek hijau sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dan komite dari environmental (lingkungan), social (sosial), and governance (tata kelola) atau ESG BNI.

Artinya, sekitar Rp4,4 triliun telah digunakan di mana 53 persen di antaranya untuk proyek transportasi yang berkelanjutan.

Sisanya sebesar 18 persen untuk keberlanjutan sumber daya alam dan tanah, kemudian 13 persen untuk pengolahan limbah menjadi energi dan proyek lainnya adalah energi baru terbarukan dan juga untuk green building.

Nafan menyampaikan bahwa dari penerbitan green bonds tersebut berdampak langsung kepada lingkungan. Untuk proyek yang dimulai dari energi baru terbarukan, transportasi berkelanjutan, green building, hingga pengolahan limbah, tercatat mengurangi emisi efek rumah kaca hingga 1,4 juta tCO2eq per tahun.

"Masih dalam proyek yang sama, setidaknya jumlah energi yang diproduksi mencapai hampir 50 ribu MWh," jelasnya.

Adapun untuk proyek transportasi berkelanjutan, setidaknya penghematan energi mencapai 790 ribuan Gj per tahun. Kemudian, jumlah limbah yang berhasil didaur ulang tercatat mencapai 1,6 juta ton per tahun. Tak hanya itu, lebih dari 28 ribu pohon berhasil ditanam kembali dan lebih dari 300 ribu hektare (Ha) lahan berhasil dilindungi.

Green bonds yang diterbitkan tersebut telah berdampak positif pada penurunan produksi emisi BNI. Lebih lanjut, penguatan green portofolio seperti ini akan terus didorong sehingga mempercepat terciptanya ekosistem ekonomi hijau di Indonesia. Bahkan, pemerintah menyiapkan berbagai insentif bagi perusahaan sehingga menambah gairah pengurangan emisi di Indonesia.

Baca juga: BNI beri edukasi keuangan kepada mahasiswa UKSW Salatiga
Baca juga: BNI kenalkan aplikasi wondr ke diaspora Indonesia di Hong Kong

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2024