Cirebon (ANTARA) - Asosiasi Pengusaha dan Perajin Batik Indonesia (APPBI) membantu pemerintah daerah di Cirebon, Jawa Barat dalam melindungi motif batik khas yang memiliki nilai budaya tinggi.

Ketua APPBI Komarudin Kudiya di Cirebon, Senin, mengatakan bahwa batik Cirebon memiliki daya tarik yang kuat di pasar karena terdapat keragaman dan keunikan di setiap motifnya.

“Batik Keraton Cirebon misalnya, memiliki 72 ragam hias khas yang telah didaftarkan sebagai Ekspresi Budaya Tradisional (EBT) di Kekayaan Intelektual Komunal (KIK),” katanya.

Menurut dia, pendaftaran motif batik ini sangat penting untuk mencegah klaim atau upaya plagiat terhadap kekayaan budaya daerah tersebut.

Oleh karena itu, APPBI berkolaborasi dengan pemda di Cirebon agar puluhan motif batik khas dari daerah tersebut bisa terlindungi secara hukum dan legalitasnya terjamin.

Selain upaya tadi, Komarudin menyampaikan batik khas Cirebon, khususnya dengan teknik merawit, akan segera memperoleh pengakuan Indikasi Geografis (IG) yang mengukuhkan asal dan kualitas produk tersebut.

Dia menyebutkan teknik merawit dikenal dengan goresan tipis pada latar kain terang yang membutuhkan keterampilan khusus, sehingga menghasilkan motif unik dengan tingkat kerumitan tinggi yang sulit ditiru.

“Teknik ini merupakan salah satu ciri khas batik Cirebon yang tidak dimiliki daerah lain. Bulan November 2024 ini IG untuk batik tersebut bisa diperoleh," ujarnya.

Ia mengungkapkan selain Cirebon ada lima daerah di Indonesia yang telah memperoleh pengakuan IG untuk batik mereka, misalnya Indramayu dengan batik camplongan.

Saat ini pihaknya mencatat Kabupaten Cirebon memiliki lebih dari 3.000 perajin dan 500 pengusaha batik yang aktif melestarikan tradisi serta keunikan produk batik.

Dia menilai pendaftaran IG dan KIK mampu melindungi serta mengangkat nilai ekonomi dan budaya batik Cirebon di kancah nasional.

Sementara itu Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Cirebon Hilmy Riva’i menambahkan di wilayahnya terdapat sejumlah perajin batik yang menggunakan pewarna alami dan produk tersebut tidak meninggalkan limbah sedikit pun.

“Batik ini berada di Ciwaringin, dan sampai sekarang para perajinnya masih mengandalkan pewarna alami. Dari sisi produknya, lebih ramah lingkungan,” ucap dia.

Baca juga: Pemkab Cirebon gandeng swasta perkuat industri batik ramah lingkungan
Baca juga: Kemenperin luncurkan aplikasi pelestarian industri batik nasional

Pewarta: Fathnur Rohman
Editor: Riza Mulyadi
Copyright © ANTARA 2024