Analis Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan penguatan rupiah terhadap dolar AS cenderung terbatas karena investor masih khawatir The Federal Reserve menaikkan suku bunga lebih cepat dari seharusnya.
"Menurunnya data klaim pengangguran serta inflasi AS yang diperkirakan sesuai dengan target dapat mendorong the Fed menaikan suku bunga lebih cepat," katanya.
Selain itu, ia menjelaskan, membaiknya data ekonomi Amerika Serikat yang lain, seperti peningkatan pesanan barang tahan lama, memberikan sinyal bahwa sektor manufaktur negeri itu membaik.
Di sisi lain, lanjut dia, rupiah juga masih terbebani oleh perkembangan geopolitik di Ukraina yang dapat mempengaruhi harga minyak dan gas serta mengganggu perbaikan ekonomi global.
Sementara Analis pasar uang dari PT Platon Niaga Berjangka, Lukman Leong, menilai pergerakan rupiah masih stabil di tengah minimnya sentimen baru di dalam negeri.
Menurut dia, setelah euforia pemilihan presiden mereda pergerakan rupiah kembali mengikuti sentimen global dan fundamental ekonomi domestik.
"Sentimen global masih berpihak ke dolar AS, sementara sentimen domestik masih wait and see terkait laju ekonomi Indonesia kuartal II 2014," katanya.
Sementara itu pada kurs tengah Bank Indonesia pada Jumat ini (25/7) tercatat nilai rupiah bergerak melemah menjadi Rp11.591 per dolar AS dibandingkan posisi sebelumnya Rp11.531 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2014