Suara Gen Z
Rio Prayogo, remaja kelahiran 2004, menegaskan bahwa siapa pun paslon yang dipilihnya dalam Pilkada 2024 adalah keputusan pribadi. Ia mengakui besarnya pengaruh paslon yang terpilih bagi perkembangan dan kemajuan Pontianak dan Kalbar di masa depan.
Sebelum menentukan pilihan, ia akan melihat terlebih dahulu paslon mana yang memiliki visi dan misi serta program unggulan yang bisa membawa kemajuan.
Rekam jejak paslon juga penting diperhatikan untuk memastikan apakah visi dan misi atau calon hanya berjanji di atas kertas atau bisa direalisasikan.
Mahasiswa Universitas Tanjungpura Pontianak tersebut menambahkan soal informasi pilkada dan paslon diketahui dari alat peraga kampanye (APK) di ruang terbuka. Adapun program kerja paslon didapat secara digital.
"Dalam memilih, kami berdasarkan keputusan sendiri, bukan bujuk rayu atau politik uang. Kami memilih tentu melihat program kerja. Apakah paslon tersebut bisa bekerja dan amanah atau tidak. Rekam jejak penting untuk melihat itu semua," jelas dia.
Senada dengan Rio, juara dua Puteri Kalbar 2024, Denisa Elysia, menegaskan memilih paslon dalam pilkada merupakan keputusan pribadi sebagai wujud kontribusi menentukan masa depan Kalbar.
Ia menyatakan akan memilih Wali Kota dan Wakil Wali Kota Pontianak sesudah mengetahui visi dan misi dari paslon yang bersangkutan.
Akan tetapi, Dewi mahasiswi Universitas Tanjungpura Pontianak, punya opini beda. Ia malah akan mengikuti hanya pilihan orang tuanya karena kurang tahu sosok paslon.
Kharisma Bibit Wibowo, mahasiswa Universitas Tanjungpura Pontianak, menegaskan kaum muda harus memilih calon pemimpin yang tepat, yang bisa mendukung kemajuan generasi muda.
Gen Z peduli
Analis komunikasi politik Fakultas Isipol Universitas Tanjungpura Pontianak Dr. Netty Herawati, menilai saat ini Gen Z sudah peduli pilkada beserta dinamika di dalamnya. Namun apakah mereka sudah cerdas dalam memilih paslon di pilkada, menurut Netty, itu relatif.
Sejauh ini, Gen Z telah mempunyai perhatian terhadap Pilkada 2024. Gen Z telah membaca dan mereaksi dinamika pilkada dengan cukup baik. Hal itu ditunjukkan bahwa mereka tertarik mengikuti isu pilkada, termasuk terkait perdebatan di pilkada melalui platform sosial media.
Gen Z sudah peduli pilkada. Melalui platform digital, mereka mengikuti interaksi, komunikasi, dan promosi dengan para paslon pilkada. "Nah, mereka lihat (program) di sana itu, mereka juga suka memperdebatkan," kata dia.
Walakin, pemahaman lebih dalam Gen Z perlu menjadi perhatian, terutama untuk memastikan konten yang disajikan di sosial media selain kreatif dan menarik, juga harus benar. Karena, dalam setiap pemilu dan pilkada, sering tercium aroma persaingan kurang sehat antarpaslon.
Konten hoaks, saling menjatuhkan, dan misinformasi terlihat sulit dihindari dalam setiap kontestasi politik. Oleh karena itu, Gen Z dan anak muda harus menjadi pemilih cerdas agar cakap memilah informasi sekaligus melek dalam memilih calon kepala daerah yang tepat.
Dengan jumlah pemilih yang besar, sudah saatnya anak muda ikut menentukan arah masa depan daerahnya dengan memilih pemimpin yang cakap, berintegritas, serta memahami kebutuhan mereka.
Karena, suara mereka bukan komoditas politik yang jadi rebutan peserta pilkada, melainkan energi besar pembawa perubahan masa depan yang lebih berpengharapan.
Editor: Achmad Zaenal M
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024