Bandung (ANTARA) -
Disrupsi teknologi yang membawa perubahan besar dalam cara dunia beroperasi akibat penerapan inovasi baru, memaksa masyarakat dan industri untuk menyesuaikan diri.

Namun tentu saja, di balik disrupsi teknologi, terdapat peluang bagi yang memanfaatkannya, karena fenomena itu meningkatkan produktivitas, memperluas pasar, dan mempermudah berbagai hal, termasuk pembayaran melalui digitalisasi.

Dalam skala negara, China adalah salah satu yang telah mampu memanfaatkan perkembangan teknologi sedemikian rupa, hingga menempatkannya sebagai salah satu kekuatan ekonomi terbesar dunia.

Salah satu yang menjadi kekuatan besar China, adalah produksi mesin dan peralatan transportasi yang menyumbang hampir separuh dari total ekspor negara itu.

Bahkan, dari sektor kendaraan listrik, China juga didapuk menjadi negara yang memimpin dalam produksi dan penggunaannya, dengan separuh dari 26 juta (tahun 2022) kendaraan listrik dunia ada di sana.

Bukan hanya diedarkan di China, namun kendaraan listrik asal China juga menjadi pemain besar secara global di mana sepanjang September 2023 Negeri Tirai Bambu mengekspor 1,2 juta unit mobil listrik ke seluruh dunia atau 25 persen dari total mobil yang diekspor China.

Disrupsi teknologi juga membuka peluang usaha skala kecil, seperti yang dilakukan Zahrotul Jannah, mantan PNS kementerian yang beralih ke usaha fashion busana muslim atau fashion tertutup (modest fashion) sejak 2018 dengan merek Ulayya, yang kini sedang memfinalisasi produk untuk diekspor ke Timur Tengah.

"Untuk pemasaran tingkat globalnya kemarin ada calon buyer dari Dubai (Uni Emirat Arab) dan sudah sempat kita komunikasikan, saat ini mereka masih minta beberapa contoh produk," kata Zahro pada Antara.
Model mengenakan produk modest fashion Ulayya dengan pewarna Charcoaline dalam acara West Java Modest Fashion 2024. (ANTARA/HO Ulayya)


Titik Anjak Ulayya
Untuk sampai pada tahap Ulayya go global, Zahro mengaku dirinya tidak langsung ujug-ujug masuk ke pasar ekspor, tapi ada proses yang harus dilalui mengingat menurut dia kecintaan pada dunia fashion saja tidak cukup.

Selama 12 tahun sebagai PNS sejak 2006, Zahrotul Jannah cukup jauh dari dunia fashion, meski sering memadupadankan seragam dengan hijab, tas, jaket, atau sepatu.

Setelah mundur dari PNS karena alasan keluarga, Zahro tetap ingin menghasilkan sesuatu yang bisa bermanfaat buat keluarga, dan orang-orang di sekitarnya dengan membuka lapangan kerja seluas-luasnya, dia mendirikan merk yang dinamai Ulayya pada 2018.

Zahrotul Jannah mempelajari berbagai jenis kain dengan terjun langsung ke pasar dan mengikuti kursus fashion di Instituto Moda pada Burgo Indonesia serta Inkubator Women Preneur Community untuk mendukung keahliannya.

Usahanya membuahkan hasil dengan menghadirkan produk fashion muslim yang sopan, modis, dan siap pakai, yang diterima pasar dengan baik.

Namun, pandemi COVID-19 yang melanda dunia, termasuk Indonesia, berdampak negatif pada industri fashion, termasuk usaha Zahro.

Toko-toko tutup dan pameran ditiadakan, sehingga Zahro beralih ke digitalisasi dengan memanfaatkan marketplace. Meskipun awalnya kurang efektif, digitalisasi akhirnya membantu Zahro menjangkau pasar nasional dan internasional tanpa biaya pemasaran besar.

"Bahkan untuk pembayaran juga jadi mudah dengan hadirnya dompet digital maupun QRIS yang selain sangat memudahkan transaksi customer tanpa harus bawa uang cash ke mana-mana, kami UMKM juga dimudahkan dengan bisa langsung mengecek apakah uang tersebut masuk atau tidak ke rekening kami secara real time," ujar Zahro.

Zahro memanfaatkan digitalisasi untuk mengembangkan Charcoaline, pewarna alami dari arang batok kelapa dengan motif batik yang menciptakan nuansa Indonesia.

Inovasi ini mendukung UMKM dan pelestarian alam. Hasilnya, produk Zahro dengan omzet Rp30 juta per bulan kini diminati di kota besar di Pulau Jawa dan bahkan ke Uni Emirat Arab di kawasan Timur Tengah.

Keberhasilan ini juga berkat pembinaan dalam Export Coaching Program 2024 (Februari-November), hasil kolaborasi Bank Indonesia (BI) Jabar dan Kementerian Perdagangan, yang membantu UMKM memahami ekspor, mulai dari pembiayaan, pengiriman (shipping), pembayaran, memperkenalkan produk, hingga bertemu pembeli internasional.

Peluang dari Digitalisasi Jabar

Inovasi Zahro dalam digitalisasi produk modest fashion dengan pewarna Charcoaline yang ramah lingkungan, tanpa mencemari air, dianggap sebagai peluang besar, baik untuk Jawa Barat (Jabar) maupun Indonesia.

Data Bank Indonesia (BI) mencatat, ekspor modest fashion Indonesia pada Januari-Juli 2024 mencapai 632,76 juta dolar AS, meningkat 3,38 persen dibandingkan tahun sebelumnya.

Indonesia bahkan menempati peringkat ketiga di industri ini pada 2023.

Jabar, sebagai penopang utama industri fashion dan ekonomi kreatif Indonesia, berkontribusi besar terhadap ekspor nasional dengan nilai 16,08 miliar dolar AS pada Januari-Juni 2021.

Deputi Kepala BI Jabar, Muslimin Anwar, menjelaskan bahwa perekonomian Jabar pada triwulan II-2024 tumbuh 4,95 persen, dan dengan adanya inovasi UMKM serta penetrasi digital, diharapkan ekonomi Jabar dapat tetap bertumbuh meskipun ada ketidakpastian global.

Terlebih, BI Jabar memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Jabar pada akhir 2024 adalah 4,6 sampai dengan 5,4 persen, dan juga inflasi berada di angka 2,5 plus minus 1 persen.

Dengan inovasi, kata dia, produk UMKM akan memiliki identitas yang berbeda dari produk lainnya termasuk produk berskala besar.

Digitalisasi membantu UMKM dalam penataan laporan keuangan, mempermudah akses kredit, dan memperluas pasar secara global, sehingga hal itu perlu dikelola dengan baik.

"Digitalisasi itu kuncinya bukan hanya secara fisik misalnya pembayaran, tapi juga gimana dia memiliki akses pasar yang luas. Karenanya Bank Indonesia berkolaborasi dengan berbagai pihak terus memberikan pendampingan kapasitas building terhadap UMKM supaya mereka memenuhi kriteria-kriteria yang diterima oleh market khususnya pelanggan online, hingga akan terus berkembang dan terpampang di platform-platform yang ternama dan juga go export," tutur Anwar.

Pemprov Jabar juga menyadari berbagai keuntungan yang dimiliki digitalisasi terhadap digitalisasi produk UMKM seperti pembayaran digital dan pelibatan platform digital.

Oleh karena itu, pada tahun 2024 ini, Pemprov Jabar melalui Diskuk Provinsi Jawa Barat mewajibkan UMKM minimal memiliki layanan pembayaran digital Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS) yang disebut akan membuat produk UMKM lebih laku karena kemudahan yang ditawarkan.

Serta, mendorong inovasi pada produk UMKM itu sendiri di Jawa Barat, terutama sektor modest fashion yang berpotensi besar di Jabar, mengingat ada target Indonesia ingin menjadi pusat produksi fashion muslim dunia yang teratas.

"Makanya kita akan ajak seluruh stakeholders untuk sadar bagaimana buat rencana lima tahun ke depan. Masa Malaysia nomor dua pengekspor modest fashion padahal barang itu dari jabar, dari Soreang, Tegal Gubug yang mereka branding ulang," ujar Kepala Diskuk Jabar Rachmat Taufik Garsadi.

Inovasi dan digitalisasi menjadi kunci perkembangan industri fashion, khususnya modest fashion.

Dengan dukungan BI, pemerintah daerah, pemerintah pusat, serta perlindungan bagi industri tekstil, industri pakaian muslim Jabar dan Indonesia berpotensi menjadi sektor utama yang mendukung perekonomian.

Baca juga: Indonesia perlu mengedepankan kualitas untuk jadi pusat modest fashion
Baca juga: Indonesia berpeluang menjadi pusat busana sopan dunia

Editor: Primayanti
Copyright © ANTARA 2024