Bagdad (ANTARA News) - Tujuh lagi serdadu Amerika Serikat tewas dalam pertempuran di Irak, kata markasbesarnya hari Senin, membuat jumlah tentara negara adidaya itu tewas di Irak bulan ini menjadi 57 orang. Pernyataan dari sekutu pimpinan Amerika Serikat di Irak menyatakan dua marinir dari Regu Tempur Resimen 5, yang bermarkas di Falujah, Irak barat, tewas Minggu akibat "tindakan musuh". Pernyataan lain menyebut satu tentara darat tewas Minggu sekitar pukul 22.45 waktu setempat (Senin, 02.45 WIB) sesudah kendaraannya melanggar bahan peledak buatan rumahan di utara Bagdad. Dua serdadu lain tewas dan dua lagi dari Satuan Tugas Halilintar, yang ditugaskan pada Regu Tempur Infanteri III, Divis Infanteri XXV, cedera hari Minggu akibat tindakan musuh saat melancarkan gerakan di propinsi Kirkuk, katanya. Dua serdadu lagi dari gugus tugas sama tewas pula di propinsi Salaheddin, Irak tengah, akibat lukanya dalam pertempuran. Kematian itu membuat jumlah serdadu Amerika Serikat tewas dalam perang Irak sejak serbuan Maret 2003 menjadi 2.768, kata Pentagon seperti dikutip kantor berita Prancis AFP. Catatan terahir korban perang Irak sejak serbuan balatentara sekutu pimpinan Amerika Serikat bulan Maret 2003 untuk menggulingkan Presiden Saddam Hussein, yang dituduh memiliki senjata pemusnah, tapi tak terbukti, ialah serdadu Amerika Serikat 2.768 orang, Inggris 119 tentara, negara lain (118), balatentara Irak (4.900-6.375), warga tak berdosa (43.937-48.783). Angka itu berasal dari kelompok pemikir dan lokamaya pegiat perdamaian dan kalangan ilmiah, karena tidak pernah ada data dari pasukan keamanan, yang dibentuk ahir 2003. Pakar kesehatan umum Amerika Serikat dan Irak mencatat sekitar 655.000 warga Irak tewas sebagai hasil serbuan pimpinan Amerika Serikat bulan Maret 2003 dan kekerasan sesudahnya, jauh di atas perkiraan sebelumnya. Peneliti memakai wawancara rumahtangga, bukan hitung mayat, untuk memperkirakan jumlah orang Irak tewas akibat perang dibandingkan dengan meninggal setiap tahun dalam masa damai. "Kami perkirakan, sebagai dampak serbuan sekutu pada 18 Maret 2003, sekitar 655.000 warga Irak tewas, di atas jumlah perkiraan bila terjadi dalam keadaan tidak perang," kata Gilbert Burnham dari Sekolah Kesehatan Masyarakat Johns Hopkins Bloomberg di Amerika Serikat. Artinya, 2,5 persen dari jumlah penduduk Irak tewas akibat serbuan itu dan kekerasan sesudahnya, katanya. Kajian kelompok itu, yang disiarkan di lokamaya oleh majalah kesehatan "The Lancet", memperkirakan kematian sebelum perang di Irak 143.000 setahun, sementara angka rata-rata kematian di Irak saat ini dua setengah kali dari masa sebelum perang tersebut. "Kendati angka kematian seperti itu mungkin umum saat perang, gabungan rentang waktu lama dengan puluh-jutaan orang terlibat membuat peristiwa tersebut menjadi kemelut paling mematikan di dunia pada abad 21," kata Burnham. Penelitian itu merupakan kelanjutan kajian, yang menunjukkan sekitar 100.000 orang tewas di Irak antara Maret 2003 hingga September 2004. Hampir 60 persen yang tewas ialah anak dan orang dewasa berusia 15-44 tahun. Tembakan merupakan penyebab utama kematian tersebut.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006