"Kalau dahulu 65 persen pekerjaan andalan yang ada di Indonesia itu adalah petani, sekarang anak muda tidak berminat menjadi petani," ujar Zulkifli Hasan di Lampung Selatan, Minggu.
Ia mengatakan saat ini sektor pertanian mengalami penuaan, karena para generasi muda lebih gemar memilih pekerjaan lain di luar pertanian.
"Petani tidak jadi pilihan anak muda hanya tersisa 25 persen saja dari seluruh jenis pekerjaan. Kita butuh tumbuhnya petani-petani milenial lagi di berbagai daerah agar penuaan sektor pertanian ini tidak berlanjut," katanya.
Ia mengatakan risiko besar penuaan sektor pertanian adalah terpengaruhnya kedaulatan pangan yang menyebabkan ketergantungan impor pangan.
"Impor beras tahun lalu sampai 3 juta ton dan tahun depan mudah-mudahan tidak ada impor beras lagi. Sebab kalau terlalu lama tergantung impor maka tidak ada kedaulatan pangan serta Indonesia akan susah maju dan masyarakat ataupun petani akan jadi miskin," ucap dia.
Oleh karena itu pemerintah berusaha memperbaiki tata kelola sektor pertanian dan terus berupaya menambah minat generasi muda masuk ke dalam sektor pertanian untuk menciptakan kedaulatan pangan.
Tanggapan selanjutnya dikatakan oleh salah seorang petani milenial asal Kabupaten Lampung Selatan Ribut Widiyan.
"Saya adalah sebagian dari sekian anomali di tengah generasi muda enggan berkecimpung menjadi petani. Saya setelah lulus kuliah sarjana pertanian di Universitas Lampung langsung jadi petani," kata Ribut Widiyan.
Ia mengatakan peran serta generasi muda terutama yang mengambil pendidikan yang berfokus kepada pertanian sangatlah besar untuk menjaga sektor pertanian Indonesia tetap kuat di kemudian hari.
"Saat ini saya jadi petani jagung dengan luas lahan 8 hektare. Saya masih merekrut petani-petani muda untuk menjadi ketua kelompok tani supaya semakin banyak lagi anak muda yang mau jadi petani," tambahnya.
Baca juga: DP3 Sleman lakukan penumbuhan petani milenial akselarasi pertanian
Baca juga: Wamentan: Petani muda diperlukan dalam mewujudkan swasembada pangan
Pewarta: Ruth Intan Sozometa Kanafi
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024