Kami memohon agar pemerintah menerapkan BMAD (bea masuk anti dumping) sementara,"

Jakarta (ANTARANews) - Tiga negara yaitu Turki, Sri Lanka, dan India, diduga melakukan praktek dumping impor terigu ke Indonesia, sehingga membuat praktek perdagangan tidak sehat dengan industri sejenis di dalam negeri.

"Kami memohon agar pemerintah menerapkan BMAD (bea masuk anti dumping) sementara," kata Ketua Umum Asosiasi Produsen Tepung Terigu Indonesia (Aptindo) Fransiscus Welirang, di Jakarta, Kamis.

Ia menjelaskan terigu impor dari tiga negara tersebut diduga melakukan dumping karena harganya lebih murah dari bahan baku (gandum).

"Harga terigu impor dari tiga negara tersebut rata-rata 362,2 dolar AS/MT. Padahal harga bahan baku saja untuk menghasilkan satu ton gandum 399,5 dolar AS," kata Franky, sapaan Fransiscus Weliarang.

Oleh karena itulah, pada Maret 2012 Aptindo, lanjut dia, telah mengajukan petisi anti dumping ke Komite Anti Dumping Indonesia (KADI) terhadap terigu impor dari tiga negara tersebut.

Ia mengharapkan pemerintah melalui KADI menerapkan BMAD sesuai dengan margin dumping masing-masing negara yaitu 69 persen untuk Turki, 40 persen untuk Srilanka, dan 14 persen untuk India.

"Sekarang prosesnya (petisi anti dumping) masih berjalan," katanya.

Sementara proses petisi berjalan, Aptindo, lanjut dia, meminta KADI menerapkan BMAD sementara, karena akibat praktek perdagangan yang tidak sehat itu, sudah ada beberapa produsen terigu dalam negeri mengalami gangguan keuangan.

Ia mengatakan saat ini ada 23 pabrik tepung di dalam negeri dan sedang dibangun enam pabrik baru yang akan beroperasi pada 2015, sehingga total kapasitas produksi giling gandum nasional mencapai sekitar 10,3 juta MT/tahun.

Berdasarkan data Aptindo, pada triwulan pertama tahun ini total impor tepung terigu secara nasional mencapai 44.560 MT naik 4,4 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Dari jumlah impor tersebut, sebagian besar impor berasal dari Turki (50,4 persen), Srilanka (12,6 persen) dan India (10,4 persen). "Sebenarnya impor tidak apa, asal tidak melakukan dumping," kata Franky.

Ia memaparkan harga tepung terigu Indonesia untuk tujuan ekspor antara lain ke Filipina, Timor Timur, dan Thailand, rata-rata mencapai di atas 500 dolar AS/MT. Pada 2013, misalnya, harga ekspor terigu Indonesia sebesar 543,6 dolar AS/MT. (*)

Pewarta: Risbiani Fardaniah
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2014