Padang (ANTARA) - Sejarawan sekaligus guru besar sejarah dari Universitas Andalas (Unand) Sumatera Barat Prof Gusti Asnan menilai Ahmad Syafii Maarif cendekiawan asal Kabupaten Sijunjung layak ditetapkan sebagai pahlawan nasional atas kontribusinya terhadap bangsa dan negara.

"Buya Syafii Maarif adalah bapak bangsa dan hampir semua kalangan di Indonesia mengakui dia sebagai bapak bangsa," kata sejarawan sekaligus guru besar dari Unand Prof Gusti Asnan di Padang, Minggu.

Hal tersebut disampaikan Prof Gusti Asnan menanggapi tiga usulan nama dari Ranah Minang yakni Khatib Sulaiman dan Syekh Sulaiman Ar-Rasuli dan Buya Syafii Maarif yang hingga kini belum ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

Baca juga: Akademisi sebut Buya Syafii terus perjuangkan Indonesia semakin adil

Syafii Maarif dianggap sebagai cendekiawan dunia yang banyak berkontribusi dalam bidang keilmuan, agama, budaya dan kebangsaan serta pemikiran-pemikirannya yang berkontribusi terhadap kemajuan Indonesia.

Meskipun terdapat pro dan kontra dari berbagai pihak, Prof Gusti menilai hal tersebut merupakan sebuah dinamika yang wajar mengingat tidak ada manusia yang sempurna semasa ia hidup.

"Memang ada perdebatan, dan akan selalu ada karena manusia itu bukan makhluk yang sempurna," ujar dia.

Selain Buya Syafii Maarif, sosok Khatib Sulaiman dan Syekh Sulaiman Ar-Rasuli atau yang lebih dikenal dengan Inyiak Canduang juga dinilai layak dan patut disematkan sebagai pahlawan nasional.

Syekh Sulaiman Ar-Rasuli merupakan ulama besar kelahiran Kabupaten Agam yang diketahui mendirikan Persatuan Tarbiyah Islamiyah atau Perti pada 1928. Tokoh ini juga dikenal luas figur yang menyebarluaskan gagasan "Adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah." Ia juga berperan besar mengusir penjajah dari Tanah Minangkabau.

Baca juga: Ade Armando nilai Buya Syafii layak diusulkan jadi pahlawan nasional

Kemudian, Khatib Sulaiman gugur dalam Peristiwa Situjuah pada 15 Januari 1949 bersama 68 pejuang lainnya yang dibunuh oleh Belanda. Saat itu ia menjabat sebagai Ketua Markas Pertahanan Rakyat Daerah dalam struktur Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara.

Atas kontribusi besar ketiganya, penulis buku berjudul "Pemerintahan Daerah Sumatera Barat: Dari VOC Hingga Reformasi" tersebut sudah sepatutnya pemerintah mengakui dan menyematkan gelar pahlawan nasional sebagai bentuk penghargaan tertinggi.

Meskipun belum menyandang status pahlawan nasional, Gusti Asnan optimistis ketiga segera ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah pusat. Sebab, setiap tahunnya hampir setiap daerah di tanah air selalu mengusulkan nama-nama untuk ditetapkan sebagai pahlawan nasional.

Kementerian Sosial bersama Dewan Gelar Pahlawan tentunya akan menetapkan skala prioritas nama-nama yang lebih dulu dianugerahkan sebagai pahlawan nasional tanpa mengenyampingkan nama lainnya.

Baca juga: Maarif Institute gelar SKK bahas gagasan Buya Syafii soal toleransi
Baca juga: Akademisi sebut Buya Syafii harus menjadi inspirasi bagi anak muda
Baca juga: Maarif Institute luncurkan tiga buku karya Buya Syafii

Pewarta: Muhammad Zulfikar
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2024