Berkaca pengalaman pemilihan umum sebelumnya, pemerintah dengan semua perangkatnya, seperti personel Polri, TNI, intelijen, dan lainnya melakukan pemetaan untuk mengantisipasi kerawanan dan konflik dalam pelaksanaan pemilihan umum di suatu daerah.
Berdasarkan penelusuran yang dilakukan oleh personel Polri, tentunya dilengkapi dengan informasi dari TNI dan intelijen, kemudian diperoleh data daerah-daerah yang memiliki kerawanan, seperti terkait politik uang, penyebaran informasi hoaks menggunakan isu agama untuk menjatuhkan lawan dan lainnya.
Berdasarkan pemetaan wilayah rawan itu, penyelenggara pemilu, TNI dan Polri tentu berusaha untuk mencegah potensi rawan itu menjadi aktual. Apa yang dilakukan oleh personel penyelenggara, Polri dan TNI, jika melebihi beban tanggung jawabnya, tentu juga memiliki nilai kepahlawanan yang tidak memerlukan pengakuan dari siapapun.
Anggota masyarakat dapat dan harus mengambil peran untuk mewujudkan cita-cita kolektif bangsa agar pilkada dan pemilu lainnya berlangsung dengan baik dan sesuai peraturan, sehingga menghasilkan pemimpin yang amanah untuk mewujudkan kemajuan dan kesejahteraan masyarakat.
Anggota masyarakat yang tidak secara langsung memiliki tugas terkait pelaksanaan pilkada, jika mereka mengambil peran mulia untuk menjaga agar pemilu itu aman, tentu juga memiliki tabungan kebaikan sebagai pahlawan. Kelak, si pelaku akan menuai kebaikannya itu, atau akan menjadi warisan "karma" baik untuk anak cucunya.
Generasi milenial yang aktif di media sosial mengisi konten medsosnya dengan ajakan kebaikan bersama, juga menjadi barisan pahlawan masa kini. Setidaknya, kaum muda itu mampu menahan diri untuk tidak ikut menyebarkan informasi hoaks yang dapat memecah belah masyarakat.
Pencoblosan pilkada tinggal beberapa hari lagi, mari kita menjadi pahlawan untuk pesta demokrasi 5 tahunan ini.
Editor: Achmad Zaenal M
Copyright © ANTARA 2024