Palu (ANTARA News) - Anggota Muspida Sulawesi Tengah (Sulteng) menyepakati menggelar operasi intelijen terpadu, guna mengungkap kasus kekerasan bersenjata di wilayahnya.
Kesepakatan itu ditelorkan dalam rapat Muspida plus dipimpin Wagub Ahmad Yahya di Kantor Gubernur setempat, menyusul aksi penembak misterius yang menewaskan Pendeta Irianto Kongkoli di kawasan pusat perbelanjaan Monginsidi Palu, Senin.
Menurut Wagub Ahmad Yahya, sejumlah kasus kekerasan bersenjata di Sulteng, khususnya di wilayah Kota Palu dan Kabupaten Poso belum terungkap secara tuntas, sehingga dibutuhkan keterpaduan operasi intelijen yang melibatkan Polri, TNI, Kejaksaan, dan institusi intelijen lainnya.
"Dalam waktu dekat akan segera terlaksana," kata Ahmad Yahya kepada wartawan saat melayat jenazah Pendeta Kongkoli di rumah duka Jalan Tanjung Manimbaya IV di Kecamatan Palu Selatan.
Ahmad Yahya menegaskan, kekerasan bersenjata yang terjadi di Palu tidak ada hubungannya dengan konflik agama, melainkan aksi tersebut merupakan bentuk kriminal tingkat tinggi yang biadab.
Oleh kerena itu, Polri sebagai otoritas keamanan dan didukung TNI perlu bekerja keras mengusut tuntas kasus penembakan Pendeta Kongkoli yang juga Sekretaris Umum Majelis Sinode GKST (Gereja Kristen Sulawesi Tengah).
Ahmad Yahya minta masyarakat Sulteng tidak terprovokasi dengan kasus penembakan tersebut, sebab jika sampai larut justru akan semakin memperkeruh situasi dan menyulitkan aparat keamanan dalam bekerja.
"Serahkan sepenuhnya kepada aparat keamanan," kata dia berharap.
Pendeta Kongkoli, Senin pagi sekitar pukul 08:15 Wita ditembak oleh dua orang tak di kenal saat berada di toko bangunan "Sinar Sakti" di Jalan Monginsidi, Palu Selatan.
Saat kejadian, Kongkoli ditemani istrinya yang anggota polisi berpangkat Iptu, Rita Kupa, dan Gea (4), anak angkatnya. Namun Rita dan Gea lolos dari maut karena menuju mobil pribadi mereka lebih awal.
Akibat pendarahan, Pendeta Kongkoli meninggal dunia sesaat setelah dievakuasi ke ruang Unit Gawat Darurat RSU Woodward Bala Keselamatan Palu, sekitar 500 meter dari lokasi kejadian.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006