Jakarta (ANTARA) - Pasar emas kembali menunjukkan tren positif setelah Federal Reserve atau The Fed memutuskan untuk menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin ke kisaran 4,5 - 4,75 persen.

Research and Development Indonesia Commodity and Exchange (ICDX) Jonathan Octavianus, saat dihubungi di Jakarta, Jumat, mengatakan bahwa langkah yang diambil The Fed itu sesuai dengan ekspektasi pasar dan memberikan sentimen positif bagi harga emas.

“Suku bunga AS yang lebih rendah memberikan tekanan pada dolar dan imbal hasil obligasi, sehingga meningkatkan daya tarik emas batangan yang tidak memberikan imbal hasil,” katanya.

Jonathan mengatakan harga emas dunia sempat mengalami penurunan tajam pada perdagangan Kamis (7/11) menyusul kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden Amerika Serikat dan sentimen positif terhadap kebijakan pro-ekonomi domestik yang diusung Trump.

Kondisi tersebut mendorong penguatan dolar AS, peningkatan imbal hasil obligasi, dan menekan harga emas lebih lanjut.

Terkait prospek harga emas ke depan, Jonathan mengatakan pelaku pasar saat ini masih memantau ketegangan geopolitik yang masih terjadi di Timur Tengah, dan ketidakpastian ekonomi AS pasca terpilihnya Donald Trump sebagai presiden.

Harga emas yang sebelumnya merosot Rp30.000 per gram pada Kamis (7/11) kembali naik Rp14.000 menjadi Rp1.527.000 per gram pada Jumat.

Meski demikian, pengamat pasar uang Ibrahim Assuaibi, dalam kesempatan terpisah, mengatakan penurunan harga emas tersebut diperkirakan tidak akan berlangsung lama.

Ia juga mengatakan bahwa saat ini belum waktunya untuk melakukan pembelian logam mulia karena ada kemungkinan harga emas akan terus turun hingga mencapai level 2.600 dolar AS per troy ons.

Baca juga: Harga emas Jumat 8 November naik Rp14.000 jadi Rp1,527 juta per gram
Baca juga: Analisis tren naik harga emas, siap menguat ganas
Baca juga: Emas menguat lagi, setelah Trump tawarkan stimulus AS yang lebih besar

Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2024