pencapaiannya sudah Rp477,5 triliun atau 97,1 persen. Ini sudah sangat tinggi
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatatkan serapan penerimaan negara bukan pajak (PNBP) sebesar Rp477,5 triliun per 31 Oktober 2024.

“Secara umum, pencapaiannya sudah Rp477,5 triliun atau 97,1 persen. Ini sudah sangat tinggi,” kata Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu) Anggito Abimanyu saat konferensi pers APBN KiTa Edisi November 2024 di Jakarta, Jumat.

Realisasi itu melambat 3,4 persen (year-on-year/yoy) dari capaian periode yang sama tahun lalu sebesar Rp494,4 triliun. Kinerja PNBP utamanya disumbang oleh peningkatan kinerja Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan satuan kerja badan layanan umum (BLU).

Penerimaan dari sumber daya alam (SDA) migas tercatat sebesar Rp93,9 triliun atau 85,2 persen dari target APBN. Realisasi ini terkontraksi 4 persen yoy akibat penurunan lifting minyak dan gas bumi yang tertunda onstream.

Selain itu, penerimaan SDA migas juga terhambat oleh penyusutan produksi alamiah sumur migas yang tinggi, sejalan dengan fasilitas produksi migas utama yang telah menua.

Sementara penerimaan dari SDA nonmigas sudah terealisasi 100 persen dari target, dengan nilai Rp97,5 triliun. Penerimaan SDA nonmigas terkontraksi 16,6 persen yoy lantaran moderasi harga batu bara, sehingga royalti berkurang 24,9 persen.

Sama halnya, PNBP lainnya juga mengalami kontraksi, sebesar 6,4 persen yoy. Realisasi PNBP lainnya tercatat mencapai Rp125 triliun setara 108,5 persen dari target.

Kontraksi PNBP lainnya disebabkan menurunnya pendapatan hasil tambang akibat moderasi harga batu bara. Penurunan pendapatan PNBP K/L dari pendapatan tidak berulang Kejaksaan dan Kominfo juga menjadi penyebab terkontraksinya PNBP lainnya.

Di sisi lain, kinerja kekayaan negara dipisahkan (KND) dan BLU mengalami peningkatan.

Realisasi PNBP KND tumbuh 7,5 persen yoy yakni sebesar Rp79,7 triliun atau setara 92,8 persen dari target. Kinerja KND utamanya berasal dari setoran dividen BUMN perbankan atas peningkatan kinerja keuangan.

Sedangkan kinerja BLU tumbuh 13,2 persen yoy, dengan realisasi Rp81,6 triliun atau 97,9 persen dari target. Realisasi ini terutama berasal dari pendapatan jasa penyediaan barang dan jasa lainnya, pelayanan rumah sakit, layanan pendidikan, serta pendapatan pengelolaan dana BLU.

Pendapatan BLU pengelola dana, khususnya pendapatan pungutan ekspor sawit, melambat 18,6 persen yoy.

Baca juga: Kemenkeu: Larangan eskpor tembaga dapat tarik investasi lewat smelter
Baca juga: Sri Mulyani jelaskan alasan adanya perombakan struktur Kemenkeu
Baca juga: DJP: Perubahan tanggal jatuh tempo demi mudahkan wajib pajak


Pewarta: Imamatul Silfia
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2024