Fundamental ekonomi Indonesia mengarah ke perbaikan, sektor konsumsi masih baik seiring dengan daya beli masyarakat yang masih kuat
Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa sore melemah sebesar 58 poin menjadi Rp11.630 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp11.572 per dolar AS.
"Pelemahan nilai tukar rupiah lebih didorong oleh isu politik dikarenakan salah satu dari capres-cawapres belum menerima hasil perhitungan suara oleh komisi pemilihan umum (KPU)," ujar Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova di Jakarta, Selasa.
Menurut dia, mata uang rupiah akan bergerak bervariasi dengan kecenderungan melemah terbatas hingga kondisi politik di dalam negeri kembali stabil.
Ia mengemukakan bahwa salah satu sentimen yang menahan tekanan mata uang rupiah yakni ekspektasi positif dari data ekonomi Indonesia kuartal II 2014 yang lebih baik dibandingkan periode sebelumnya yang sebesar 5,2 persen "year on year" (yoy).
"Fundamental ekonomi Indonesia mengarah ke perbaikan, sektor konsumsi masih baik seiring dengan daya beli masyarakat yang masih kuat," katanya.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra menambahkan bahwa di tengah risiko geopolitik yang terjadi di Ukraina dan jalur Gaza juga masih menjadi sentimen negatif mata uang berisiko. Dalam kondisi ketidakstabilan global itu, mata uang dolar AS akan diminati pelaku pasar.
Di sisi lain, lanjut dia, mata uang dolar AS juga cenderung menguat terhadap mayoritas mata uang dunia menjelang diumumkannya data inflasi Amerika Serikat bulan Juni.
"Inflasi diperkirakan naik, data inflasi dinantikan pelaku pasar karena hal itu menjadi salah satu acuan bagi bank sentral AS (the Fed) untuk menaikan suku bunga Fed," katanya.
Sementara itu kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini tercatat mata uang rupiah bergerak menguat menjadi Rp11.531 dibandingkan posisi sebelumnya di Rp11.577 per dolar AS.
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2014